“Kok, Ibu membawa sampah ke rumah?” tanya Elisa kepada ibunya.
Ibu Elisa meletakkan kantong plastik yang dibawanya di meja lalu berkata, “Ibu mau membuat tas dari sisa bungkus kopi ini, Elisa. Sekarang, Elisa duduk dahulu yang manis dan perhatikan cara ibu membuatnya, ya.”
Elisa mengangguk. Dia melihat ibunya mengeluarkan beberapa bungkus kopi dan memotong bagian bawahnya.
“Pertama, sisi bawah bungkus kopi ini kita lipat ke dalam. Lalu, lipat bagian atasnya juga. Kalau sudah, kita lipat lagi ke dalam sampai bentuknya menjadi persegi panjang,” jelas ibu Elisa sambil mempraktikkan cara pembuatan tas dari bungkus kopi.
Elisa sangat antusias mendengar penjelasan ibunya. Dia mulai mengambil bungkus kopi yang sudah dipotong bagian bawahnya dan melakukan cara yang sama seperti ibunya meski tidak terlalu rapi.
“Karena ada beberapa tekukan yang sudah jadi, sekarang kita coba merangkainya, ya?” Ibu Elisa lalu mengambil tiga tekukan dari bungkus kopi, kemudian meletakkannya dalam tiga arah berbeda.
“Jadikan bungkus pertama ini sebagai pusat rangkaian. Nah, bungkus kedua kita taruh di dalam bungkusan pertama, sedangkan bungkus ketiga kita letakkan di luar sisi bungkus pertama. Kalau sudah, kita miringkan sisi bagian atasnya dan tarik, hingga membentuk segitiga bercorong. Nanti bagian ini akan kita jadikan sebagai alas tas.”
Elisa segera mencoba cara yang ibunya praktikkan, tetapi dia tidak menghasilkan bentuk segitiga sebaik ibunya.
“Kita bagi tugas saja, ya? Elisa menekuk bungkus kopinya dan ibu yang merangkai. Setuju?” tawar Ibu.
“Setuju!” jawab Elisa.
Dua jam kemudian, rangkaian bungkus kopi itu membentuk bagian luar tas yang kuat. Kemudian ibu Elisa mengambil kain fluring dan diletakkan di dalam tas tersebut. Supaya kainnya tidak lepas-lepas, ibu Elisa menjahitnya dengan benang. Tas dari kopi sudah hampir jadi. Kemudian ibu Elisa memberi sentuhan terakhir dengan memasang rantai, ritsleting, dan pengait agar tas mudah dibuka tutup.
Elisa takjub melihat tas dari bungkus kopi yang sudah jadi. Ia tidak menyangka hasilnya seindah ini. Elisa berdiri dan mencangklong tas tersebut dengan gembira.
“Tasnya bagus, Bu. Elisa suka,” kata Elisa kepada ibunya.
Ibu Elisa tersenyum. Ibu merasa senang, karena bisa mengajarkan suatu keterampilan yang bermanfaat kepada Elisa. Apalagi keterampilan dengan konsep daur ulang tersebut, juga bisa bermakna bahwa kita turut serta menjaga lingkungan. *
Penulis: Fela Khoirul Ihsani
Pendongeng: Paman Gery (IG: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita