“Tara, maukah kau membantuku menyeberangi sungai saat sore nanti? Aku ingin memanen wortel yang kutanam di seberang,” kata Kiki si kelinci.
“Baiklah Kiki.” Tara mengiyakan.
Bukan tanpa sebab Kiki meminta bantuan Tara. Tara Si Tapir dikenal sebagai perenang andal. Ia memiliki kombinasi hidung dan bibir atas yang memanjang menyerupai belalai. “Belalai” inilah yang membuatnya luwes menyelam dalam air. Terlebih lagi, otot kakinya yang kuat membuat Tara lihai menerjang deras arus sungai.
Sore pun tiba, Kiki telah siap menunggu Tara di pinggir sungai. Namun, Tara ternyata tak datang dan lebih memilih berbaring santai sambil memakan dedaunan kesukaannya. Baginya, pasti akan ada hewan lain yang akan membantu Kiki. Di luar dugaan, kondisi sungai kala itu sepi, terpaksa membuat Kiki pulang dengan kecewa.
Hal yang sama pun pernah dialami Mumu si musang bulan. Pohon tempat tinggal Mumu tumbang, tempat ia juga menyimpan persediaan makanan pada lubang-lubang kayu pohon tersebut. Mumu pun meminta bantuan Tara memindahkan beberapa dahan reruntuhan karena “belalai” Tara yang kuat untuk mencengkeram. Tara kembali mengingkari janji dan kali ini mengecewakan Mumu. Tanpa rasa bersalah, ia melanjutkan kegiatannya seperti biasa.
Suatu ketika pergi berkeliling hutan, Tara ingin memakan buah-buahan yang jatuh di tanah. Ketika asyik mengunyah, tanpa sadar kaki belakangnya terjerat tali perangkap pemburu.
“Tolong, tolong aku,” kata Tara panik sambil berusaha menggapai jeratan tali yang berjarak jauh dari belalainya. Usahanya tak membuahkan hasil.
Langit yang perlahan menggelap membuatnya putus asa.
Ia pun berseru sekali lagi, “Tolong, tolong, siapa pun itu tolong selamatkan aku…..!”
Kiki dan Mumu yang kebetulan sedang berjalan bersama mendengar teriakan Tara. Kiki dengan pendengarannya yang tajam serta Mumu dengan penglihatannya yang jelas dalam gelap segera mendapati Tara. Mereka berdua bersama-sama membantu melepaskan tali penjerat Tara.
“Terima kasih teman-teman atas bantuan kalian. Aku juga mau minta maaf karena selama ini selalu mengingkari janji,” ucap Tara penuh sesal dan tertunduk malu.
Kiki dan Mumu pun tersenyum senang karena Tara kini telah menyadari kesalahannya. Sejak saat itu, Tara selalu menepati janjinya. Terlebih lagi, Tara memiliki banyak kelebihan diri yang dapat digunakan untuk menolong teman-temannya di hutan. *
Penulis: Crismenda Kartini Wattimena
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita