Tahun lalu, Uber menyebutkan total perjalanan rekanan mereka didominasi pengguna di Jakarta. Jumlah total perjalanannya mencapai 603.000.005 kilometer. Jarak tersebut setara dengan jarak tempuh berkeliling dunia sebanyak 15.000 kali. Bayangkan jika kilometer tersebut bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
Baca juga : Ingin dapat penghasilan tambahan dari traveling ? Coba aplikasi berikut ini →
Kemacetan adalah kondisi yang biasa terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Contohnya di Jakarta. Data Badan Pusat Statistik 2015 menyebutkan, kecepatan rata-rata berkendara di Jakarta pada pagi hari pada hari kerja hanya berkisar 5 kilometer per jam.
Di tengah kemacetan, Anda mungkin pernah melihat kaca belakang mobil yang ditempeli stiker iklan. Bukan. Itu bukan mobil dinas atau kantor yang sedang dikendarai karyawan. Yang Anda lihat adalah mobil pribadi yang ditempeli stiker iklan untuk mendapat tambahan penghasilan.
Model bisnis tersebut memang sedang ramai di Indonesia. Andrew Tanyono selaku Founder & CEO Promogo menuturkan, ide awal menempel stiker iklan di mobil berasal dari Wrapify di Amerika Serikat.
“Ide ini sebenarnya sudah lama. Namun, baru berkembang pesat berkat kemajuan teknologi, seperti GPS. Selain itu, maraknya taksi online juga membantu perkembangan bisnis ini,” jelas Andrew.
Di Indonesia, salah satu startup yang bergerak di bidang ini yaitu Promogo. Arti nama Promogo berasal dari kata “promo” dan “on the go”. Intinya mereka menghadirkan layanan promosi yang mobile.
Perhitungan pemasukan
Lalu, seperti apa hitungan pemasukan bagi rekanan yang bergabung di Promogo? Andrew menjelaskan, ada tiga faktor. Pertama, yaitu dari budget yang ditentukan oleh pengiklan, tipe stiker, dan jarak tempuh kilometer.
Baca juga : ini hal-hal yang harus diperhatikan sebelum menempel stiker di mobil →
Promogo memiliki empat jenis stiker yaitu partial (sebagian), rear window only (kaca belakang), sides (sisi), dan full body (seluruh body). Setiap tipe stiker tersebut memiliki harga yang berbeda bagi rekanan armada dan pengiklan. Selain itu, rekanan memiliki target kilometer yang harus ditempuh setiap bulannya.
Sebagai contoh, jika mobil rekanan ditempeli tipe stiker rare window only dengan target 1.800 kilometer per bulan, mereka akan akan dibayar hingga Rp 500.000. Hal tersebut dengan catatan target kilometer berhasil ditempuh. Namun, jika rekanan tak mampu menempuh 1.800 kilometer, pembayaran akan dilakukan dengan mengalikan rate per kilometer dengan kilometer yang sudah dilalui.
Fitra (36) salah satu driver online menceritakan pengalaman uniknya selama bergabung di Promogo. “Saya saat itu ditawari kampanye iklan dari Sampoerna University. Selain mobil ditempeli stiker iklan, saya diberi insentif jika mobil parkir dan putar-putar ke SMA-SMA tertentu. Dalam sebulan, total penghasilan tambahan dari kampanye tersebut mencapai Rp 2,4 juta,” ujar Fitra.
Saat ini, ada sekitar 800 rekanan pengemudi yang bekerja dengan Promogo. Adapun persyaratan untuk menjadi rekanan cukup mudah. Beberapa di antaranya yaitu, memiliki SIM yang sesuai dengan jenis kendaraan, STNK, SKCK, dan tahun kendaraan yang masih layak pakai.
“Awalnya, rekanan kami 100 persen merupakan driver online. Namun, sekarang, kami juga sudah bekerja sama dengan rental mobil, daily commuter, atau siapa pun yang ingin mendapatkan uang tambahan hanya dengan menyetir,” ungkap Andrew.
Selain Promogo, ada juga beberapa startup yang memilik model bisnis serupa. Beberapa di antaranya Ubiklan, Sticar, Klana, WrapMobil, dan StickEarn. Nah, apakah Anda tertarik mobilnya ditempeli dengan stiker iklan? [INO]
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 30 Mei 2017
