Tok, tok, tok, terdengar ketukan di pintu.
“Masuk saja Nande,” sahut Terra. Nande adalah sapaan kepada ibu dalam bahasa Karo.
“Kok melamun, Nak?” tanya Nande.
“Terra kangen main ke Taman Beo, Nande,” kata Terra. Taman Beo adalah sebuah taman yang berlokasi di Simpang Rindam, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara.
“Terra kangen sama burung-burung yang sering singgah di Taman Beo, Nande. Kangen memberi makan, mendengar kicauan, dan mengamati ketika terbang.”
Nande beranjak ke jendela. “Oh, begitu. Baiklah, Nande punya ide. Kerinduanmu nanti akan terobati. Tetapi, kamu bantu Nande dahulu membuat cimpa, ya?”
Mendengar kue favoritnya disebut, Terra bersemangat. Cimpa adalah kue tradisional khas suku Karo. Bahannya dari beras ketan merah atau putih, dengan isi parutan kelapa yang dicampur gula aren. Kue cimpa dibungkus daun singkut, sejenis daun pandan yang hanya tumbuh di Karo, Sumatera Utara.
“Ayo, Nande! Nanti Terra yang memarut kelapanya ya?”
“Boleh. Tetapi, ingat, untuk menyisakan sedikit daging buah kelapanya. Itu akan kita gunakan untuk proyek rahasia Taman Beo!” kata Nande mengedipkan mata.
“Proyek rahasia Taman Beo?” Terra penasaran.
Terra lalu membantu Nande membuat kue cimpa di dapur. Terra bersemangat memarut kelapa. Bahan-bahan kue yang sudah diracik Nande kemudian dikukus selama 20 menit. Kue cimpa pun siap!
“Mmm, rasanya manis dan gurih,” ujar Terra saat menikmati kue kesukaannya.
“Sekarang, Terra ambil sisa daging buah kelapa tadi, ya,” kali ini Ayah berkata pada Terra. Meski heran, Terra melakukan yang diminta ayah.
Dengan bantuan Ayah, sisa-sisa daging kelapa diikatkan ke dahan pohon mangga yang berada di sisi kamar Terra.
“Nanti burung-burung akan mematuk daging buah kelapa sisa bahan kue tadi. Kamu bisa menikmati pemandangannya dari jendela kamarmu,” kata Ayah.
“Tekku..kerru..kukk…tekku..kerru..kuk..”
Suara apa itu? Terra menyibakkan gorden. Ternyata dua burung tekukur sedang mematuki daging kelapa.
Terra sangat senang. Ia lalu memanggil Nande. Dengan kamera Nande, Terra merekam adegan tersebut. “Kalau kesepian, aku bisa memutar rekamannya kembali, Nande.”
Besoknya, bersama Ayah, Terra membuat rumah-rumahan burung dari tripleks di pekarangan. Setelah selesai, Terra lalu menyediakan biji-bijian makanan burung yang diletakkan di rumah burung itu.
Ternyata setiap hari ada saja burung datang! Merpati, tekukur, pipit, dan lain-lain. Burung-burung itu datang dan pergi silih berganti. Setiap hari, Terra kini punya kegiatan rutin menyiapkan makanan burung, kemudian mengamati dan merekam burung-burung. Sekarang, rindu Terra kepada Taman Beo sudah terobati. Asyik, sekali!
Penulis: Caroline Trivena Manurung
Pendongeng: Kang Acep (Youtube : Acep Yonny)
Ilustrasi: Regina Primalita