Dari Kota Yogya, Tahura Bunder bisa ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam ke arah Wonosari. Setelah memasuki Kilometer 30, letak pintu masuk tahura ini berada di sebelah kiri jalan.
Tahura Bunder membentang seluas 634 hektar yang mencakup Kecamatan Playen dan Kecamatan Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta. Kawasan ini ditetapkan sebagai taman hutan raya pada 2014 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia bertanggal 11 Februari 2014.
Sebelumnya area hutan ini berfungsi sebagai hutan produksi yang didominasi pohon kayu putih. Pohon ini diambil daunnya untuk bahan baku pembuatan minyak kayu putih. Pada 2003, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DI Yogyakarta mengusulkan peralihan fungsi hutan produksi menjadi kawasan konservasi dalam bentuk tahura.
Untuk menikmati kerindangan pepohonan di tahura ini, pengunjung perlu membayar retribusi yang cukup murah. Suasana teduh, hening, dan nyaman membuat Tahura Bunder menjadi destinasi wisata yang pas untuk keluarga.
Terlebih, pada masa pandemi Covid-19, tahura ini terasa relatif sepi pengunjung. Meski demikian, pengelolanya tetap menyediakan fasilitas untuk cuci tangan dan sabun yang tersebar di beberapa titik.
Sebagai tempat wisata untuk segala usia pengelola hutan juga menghadirkan fasilitas bermain untuk anak-anak. Tak ketinggalan beberapa toilet yang relatif bersih untuk menunjang kenyamanan para pengunjung.
Selain sebagai destinasi wisata, Tahura Bunder tetap dimanfaatkan sebagai area penelitian oleh para peneliti dari Yogyakarta maupun luar kota. Sebab, meski banyak ditumbuhi pohon kayu putih, hutan ini juga memiliki koleksi pohon akasia, kemiri, jati, sengon, angsana, dan mahoni. Di sini juga terdapat kandang khusus untuk menangkarkan rusa timor.
Pengunjung juga bisa mampir ke tempat penyulingan kayu putih yang telah berdiri sejak 1980-an. Tahura Bunder juga memiliki ornamen alam berupa Sungai Oyo. Namun, pada musim panas, sungai ini biasanya surut airnya.
Bila ada waktu luang, tak ada salahnya jalan-jalan ke tahura ini bersama anak-anak. Si kecil pasti akan senang. Namun, tetap laksanakan protokol kesehatan secara disiplin sebab pandemi belumlah usai.
Baca juga :Â 7 Penjaga Gunung Slamet dan Rute Pendakian ke Puncaknya