Penghujung tahun dianggap sebagai momen tepat untuk bersyukur atas pencapaian selama satu tahun, sembari merencanakan target pada tahun mendatang.

Tidak setiap orang memang berhasil mencapai target yang diinginkan. Namun, hal itu seharusnya bisa dimaknai lebih positif. Artinya, usaha lebih keras dibutuhkan. Sementara itu, bagi yang meraih prestasi, sudah seharusnya menjadi pemicu untuk tetap mempertahankannya, bahkan lebih baik lagi.

Inilah yang dirasakan oleh pianis sekaligus komponis muda asal Yogyakarta Gardika Gigih Pradipta. Tahun ini dianggap sangat berkesan bagi seorang Gigih. Berangkat dari menggubah musik dari sebuah kamar kontrakan, Gigih pada tahun ini berhasil menghelat sebuah konser tunggal di IFI Jakarta, Sabtu (2/12).

Pada konser tersebut, Gigih tidak hanya bermain solo, tetapi juga berkolaborasi dengan banyak musisi lain. Dia mengajak Febrian Mohammad, atau yang lebih dikenal sebagai Layur, Suta Soma, Remedy Waloni, Jeremy Kimosabe, Monita Tahalea, dan Ananda Badudu. Dia tak menyangka konsernya akan dipenuhi banyak penonton. Bagi Gigih, konser kemarin berkesan sekali. Dengan dasar sebagai komponis, kemudian mencoba bereksperimen dengan album, karya Gigih ternyata diapresiasi sangat luas.

“Konser kemarin sangat berkesan. Selain dipenuhi banyak penonton, saya bisa berkolaborasi dengan banyak musisi, yang mungkin dulu bisa mendengarkan atau melihat mereka dari komputer saja. Konser kemarin seru banget,” ujar Gigih.

Konser ini sendiri merupakan kelanjutan dari pencapaian sebelumnya, yaitu album penuh bertajuk Nyala  yang sudah dirilis pada 6 November 2017. Album ini merangkum gubahan Gigih sepanjang 2015–2016. Album ini pun terlihat spesial dalam penggarapannya. Selain mengajak banyak musisi lain, album ini digarap sangat artsy.

Pelukis Gata Mahardika digandeng untuk merespons rasa dari setiap lagu di album ini. Pembuatan karya ini pun memakan waktu hingga setengah tahun. Sementara itu, desain sampul dan kemasan album Nyala dikerjakan oleh ilustrator asal Bandung Mufqi Hutomo. Proses rekaman serta finalisasi audio dikerjakan oleh Rekambergerak, tim audio di Yogyakarta dan dilakukan secara live di ruang seminar Koendjono, Universitas Sanata Dharman, Yogyakarta pada pertengahan 2016.

Pada 2018, Gigih akan menjalani sebuah program bersama tujuh komponis muda dari Jepang dan Indonesia. Program ini merupakan sebuah inisiatif dari Japan Foundation untuk membantu pengembangan musisi dari dua negara tersebut. Gigih akan menjalani program residensial ini bersama komponis Indonesia lainnya, antara lain Welly Hendratmoko dan Arief Winanda.

Setelah konser di Jakarta, Gigih melanjutkan konser ke Malang (22/12), Surabaya (23/12), dan menutup penampilannya dengan tampil bersama Flukeminimix di Bandung pada hari ini. Penutup tahun yang manis dari Gigih.

“Saya senang sekali kerja keras saya bisa diapresiasi oleh banyak orang. Mulai dari album hingga konser saya kemarin. Masih dalam suasana Natal, saya berharap pada Natal tahun ini, semua orang bisa berbahagia dengan pilihannya masing-masing,” pungkas Gigih. [VTO]