Tak pernah ada kata terlambat untuk memulai bisnis. Banyak pengusaha kelas dunia yang memulainya di saat umurnya tidak lagi muda. Salah satunya yang terkenal adalah Colonel Harland David Sanders, pencipta merek restoran ayam goreng yang sudah menggurita di seluruh dunia. Sanders memulai bisnisnya pada umur 65 tahun.

Kisah ini mirip seperti pemilik resto cepat saji berkonsep waralaba Red Crispy, Gatot Sutoto (59). Dia memulai bisnis ayam crispy-nya pada umur yang tak lagi muda, 48 tahun. Sebelum mendirikan Red Crispy, Gatot lebih dulu melanglang buana bekerja sebagai seorang insinyur ke beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Jepang. Sembari bekerja, Gatot sempat mengikuti pelatihan belajar memasak ayam crispy di California, AS

Selama mendapatkan pelatihan memasak ayam crispy itu, dia mengamati kelemahan mereka. Ayam yang diproses secara massal selalu susah untuk membersihkan lendir dan darah. Inilah yang membuat Gatot bertekad untuk bisa membuat bisnis ayam crispy miliknya sendiri. Selain itu, dia juga memadukan ayam tersebut dengan rasa lokal.

Akhirnya pada 2012, Red Crispy resmi bersaing di pasar kuliner. Awalnya, Gatot memulai dari gerobak kecil di bilangan Bintaro, Jakarta Selatan. Dengan modal Rp 10 juta untuk satu gerobak, Gatot menyebarkan produknya melalui 10 gerobak. Setelah dua tahun menjajal dan Gatot akhirnya mulai membuka peluang untuk waralaba. Hasilnya, setelah 12 tahun sudah 438 gerai Red Crispy sudah berdiri hingga Papua. Dari semuanya, hanya 10 persen saja yang dikelola sendiri oleh Gatot.

“Hasil ini karena komitmen saya setiap menjalani usaha. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan serta hobi memasak, Red Crispy berusaha memadukan semuanya. Hasilnya adalah sebuah kuliner paduan dari rasa Asia, Amerika, dan Indonesia. Saya mengedepankan bahan-bahan organik untuk kesehatan, menggunakan rempah-rempah dan meminimalkan penggunaan vetsin, serta menciptakan sistem,” ucapnya.

Sistem tersebut salah satunya adalah bumbu. Gatot membuat proses memasak menjadi lebih mudah. Dia sudah membuat bumbu untuk setiap menu hanya dalam satu botol. Hasilnya, proses memasak lebih cepat. Standardisasi penyajian pun juga sudah dipaketkan. Gatot juga memanfaatkan teknologi video e-mail untuk melatih karyawan dan memberitahukan menu baru ke pembeli waralabanya di luar Jakarta.

Gatot juga aktif menggerakkan promosi baik secara online maupun offline. Dia selalu aktif mengikuti pameran waralaba di Indonesia. Selain itu, situs Red Crispy (www.redcrispy.com) selalu diperbaharui.

Kesuksesan ini, menurut Gatot, karena ketekunannya untuk selalu mengamati pasar tempat gerainya berdiri. Dia selalu berusaha menciptakan menu baru yang sesuai dengan pangsa pasar di setiap tempat. “Prinsip saya, di mana saya berada dan berusaha, saya harus jadi nomor satu,” ujarnya.

Selain itu, dia menciptakan menu yang harganya terjangkau, termasuk harga pembelian waralabanya. Hanya dengan Rp 100 juta, waralaba Red Crispy bisa dimiliki. Gatot mengklaim, dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun sudah bisa balik modal. Hebatnya, Gatot tidak membebani dengan franchise fee dan royalti fee.

“Karena kita dengan pembeli waralaba adalah mitra. Saya tidak ingin membebani mereka dengan biaya lain-lain yang menurut saya justru membuat pembeli waralaba tertekan. Yang penting, kita selalu berkomunikasi untuk selalu mencari peluang mengembangkan peluang bisnis,” pungkasnya. [VTO]

Galeri

Alamat kantor:
Jalan Unta Raya No 9
Gapura Menteng
Bintaro, Tangerang Selatan
Telepon: (021) 737 3413

Noted: sukses karena melokalkan cita rasa asing