Baru-baru ini, pesan Graham Medley, seorang profesor penyakit infeksi di London School of Hygiene and Tropical Medicine, banyak dibagikan di media sosial.
“Bertindaklah seolah-olah kita sudah terinfeksi virus dan berupaya melindungi orang lain.”
Virus korona atau Covid-19 yang merebak cepat membuat orang waswas dan melakukan beragam upaya preventif. Kata Medley, membayangkan kita sudah terkena virus akan mengubah pola pikir dan motivasi kita.
Sebelumnya, motivasi kita untuk menghindari virus. Sekarang, ditambah dengan agar orang lain tidak tertular andai kita sendiri sudah terinfeksi. Salah satu caranya, menerapkan social distancing.
Apa itu Social Distancing?
Social distancing yaitu menjaga jarak saat bersosialisasi dengan orang lain. Ini adalah taktik kesehatan publik yang bertujuan mencegah orang yang sakit berinteraksi cukup dekat dengan orang sehat.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menganjurkan jarak fisik kita dengan orang lain, terlebih yang memiliki gejala seperti batuk atau bersin, sekitar 6 kaki atau 2 meter jika memungkinkan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menganjurkan untuk menjaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter.
Selain menjaga jarak ketika berinteraksi, bentuknya bisa implementasi dalam skala besar. Misalnya, membatalkan acara tertentu, meliburkan sekolah, menerapkan aturan bekerja dari rumah, atau keputusan individual seperti menghindari keramaian.
Dengan adanya penyebaran Covid-19 saat ini, tujuan social distancing adalah memperlambat wabah untuk meminimalkan risiko infeksi di antara populasi yang berisiko tinggi terpapar. Selain itu, untuk mengelola beban tenaga medis dan sistem jaringan kesehatan. Para pakar menjelaskan ini sebagai upaya untuk melandaikan kurva (flattening the curve).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menganjurkan untuk menjaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter.
Baca juga : Produktif dengan Metode Kerja Jarak Jauh
Bagaimana mempraktikkan “social distancing”?
- Tetap di rumah ketika sedang sakit.
- Jaga jarak dengan orang lain, terlebih yang memiliki gejala batuk atau bersin.
- Menghindari jenis-jenis sapaan yang mengharuskan Anda berdekatan atau bersentuhan seperti berjabat tangan atau memeluk. Ganti dengan bentuk salam yang lain seperti mengangguk atau merapatkan kedua telapak tangan di bawah dagu.
- Menunda atau membatalkan perjalanan yang tidak esensial atau mendesak.
- Kurangi bepergian. Jika harus bepergian, jangan gunakan sarana transportasi publik yang padat apabila memungkinkan.
- Hindari keramaian, terutama di tempat yang sirkulasi udaranya buruk.
- Kecuali Anda bekerja di rumah sakit, hindari mengunjungi rumah sakit atau tempat perawatan orang sakit yang lain.
- Jika kantor Anda menerapkan kebijakan bekerja dari rumah, kelola cara berkoordinasi dengan rekan, atasan, atau staf. Misalnya berkomunikasi secara berkelompok dengan aplikasi pesan atau konferensi video.