Suatu hari, Siti bertemu dengan seekor kura-kura tua memegang tongkat di tepi sungai. Kura-kura tua itu dikenal sebagai kakek yang bijak dan sering memberi nasehat kepada para hewan di hutan,
“Hiduplah dengan bijaksana, Siti. Jangan hanya mencari kesenangan sesaat, tanpa memikirkan akibatnya.” Begitulah nasihat kura-kura tua itu pada Siti.
Namun, Siti hanya tertawa dan mengabaikannya. “Ha-ha-ha… Buat apa aku mendengarkanmu, dasar kura-kura tua!” Dia terus bermain-main di sepanjang sungai tanpa peduli dengan nasihat yang diberikan si kura-kura tua.
Kemudian, musim hujan tiba dan sungai meluap. Siti terjebak di tengah banjir yang deras. Siti pun menjadi panik. Dia berteriak meminta tolong, tetapi tidak ada yang mendengarnya.
Akhirnya, kura-kura tua datang dan menolongnya. “Peganglah tanganku Siti!” katanya
Siti pun akhirnya selamat.
Sejak kejadian itu, Siti menjadi sadar akan kekeliruannya selama ini. “Maafkan aku ya Paman Kura-Kura. Aku sudah tidak mendengarkan perkataanmu,” kata Siti kepada kura-kura tua.
Dia pun berjanji dalam hatinya untuk menjadi lebih bijaksana dan tidak lagi menjadi tikus nakal yang hanya mencari kesenangan tanpa memikirkan akibatnya.
Kemudian Siti pulang ke rumah dan meminta maaf kepada kedua orangtuanya. “Pa, Ma, aku minta maaf ya, aku sudah menjadi tikus yang nakal,” kata Siti menyesal. “Aku berjanji akan menjadi tikus yang lebih baik lagi.” Kedua orangtuanya pun memaafkan.
Mereka lalu hidup berbahagia di hutan. *
Penulis: Marca Lica
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita