SUMMARY
Setiap kali mati karena menyelesaikan sebuah misi, yang dibungkus dengan narasi “demi umat manusia”, Mickey Barnes dengan mudah bisa dihidupkan kembali dengan cara “dicetak” layaknya mesin cetak tiga dimensi. Namun, kejadian tak diinginkan terjadi kala, Mickey ternyata tidak mati tapi telah dianggap mati.Â
Jenis Film | Fiksi Ilmiah |
Produser | Dooho Choi, Dede Gardner, Bong Joon Ho, Jeremy Kleiner |
Sutradara | Bong Joon Ho |
Skenario | Bong Joon Ho, Edward Ashton (Penulis Novel Mickey 7) |
Pemeran | Robert Pattinson, Steven Yeun, Naomi Ackie, Toni Collette, Mark Ruffalo |
Rilisan | Warner Bros Pictures |
- 25 September 2024
- 92 Menit
- R13+

Kehidupan Mickey Barnes (Robert Pattinson) mulai berantakan saat statusnya bernama Mickey 17, tidak “berubah” menjadi Mickey 18. Justru, dia bertemu dengan Mickey 18, yang justru ingin membunuhnya. Berikut ini adalah sekilas cerita dari film Mickey 17.Â
Namun, cerita film Mickey 17 bukan dimulai dari situ. Mickey, seorang yatim piatu, ingin melarikan diri dari kejaran debt collector. Padahal, bukan dia yang berutang melainkan temannya, Berto (Steven Yuen).
Kebetulan, sesaat dari itu ada pendaftaran untuk menjadi bagian dari kolonisasi yang diprakarsai oleh anggota dewan yang gagal Kenneth Marshall (Mark Ruffalo).Â
Marshall ingin membuat kolonisasi baru di planet es terpencil bernama Niflheim. Maka, untuk bisa melakukan uji coba hidup di sana, seorang expandable dibutuhkan.
Di saat semua mendaftarkan diri sesuai dengan kemampuannya, Mickey justru mendaftar sebagai expandable. karena ketidaktahuannya. Tugasnya adalah menjadi sukarelawan yang berani mati. Jika mati, Mickey akan dicetak kembali melalui sebuah mesin seperti printer. Setelah dicetak, ingatannya akan diinjeksi kembali layaknya sebuah tinta printer.
Singkatnya, Mickey adalah subjek ujicoba agar peneliti bisa mendapatkan pengetahuan baru agar manusia bisa hidup di planet baru tersebut. Diketahui belakangan, Nifllheim sudah ada “penduduk” asli yang bentuknya seperti croissant dipadukan dengan lipan. Marshall menamainya creeper.Â
Setelah berkali-kali dicetak ulang, Mickey menginjak cetakan ke-17. Saat itu, Mickey jatuh ke jurang untuk menangkap creeper untuk uji coba. Saat dia sudah bersiap untuk mati, ternyata creeper malah menyelamatkan.Â
Sayangnya saat kembali ke kapal induk Marshall, Mickey 18 sudah dicetak. Saat itulah, konflik terjadi karena ternyata tidak ada yang ingin mati. Belum lagi, permasalahan Mickey 17 tidak rela pacarnya Nasha Barridge (Naomi Ackie) direbut Mickey 18.Â
Mickey 17 dengan sifat inferior harus berhadapan dengan Mickey 18 yang agresif dan pemarah. Namun, pada akhirnya mereka harus bekerja sama untuk melawan kediktatoran Marshall dan istrinya Ylfa (Toni Collette).Â
Lalu, bagaimanakah kisah akhirnya? Saksikan Mickey 17 di bioskop.Â
Baca juga:Â Review Film The Monkey, Teror Mainan Terkutuk yang Menghantui

Kritik tajam dari Bong Joon-ho
Film Mickey 17 dari Bong, yang diadaptasi dari Novel Edward Ashton Mickey 7, sebenarnya tidak terlalu spesial seperti Parasite yang enam tahun lalu meledak di pasaran. Namun, bukan Bong namanya jika tidak bisa memainkan mood penontonnya secara drastis.Â
Bong menyajikan komedi dan seketika bisa berubah menjadi sedih, berubah lagi menjadi heroik, dan seterusnya.Â
Saat menonton film Mickey 17, penonton dihadapkan pada realitas ketakutan-ketakutan yang dihadapi manusia saat ini. Mulai dari banyak kasus pelanggaran kemanusiaan, relasi penguasa-rakyat, sampai “Bagaimana rasanya mati?”.Â
Konsep expandable sendiri bisa dikatakan sebagai metafora dari sebuah sistem kapitalisme yang kerap tidak memanusiakan pekerjanya. Nyawa pekerja selalu dianggap sebagai pendukung pencapaian profit perusahaan. Tidak berguna, ya dibuang saja. Cari yang baru.Â
Bong juga secara satir memperlihatkan bagaimana manusia secara tidak langsung menjadi uji coba, yang tidak selalu dalam koridor riset laboratorium. Misalnya, bagaimana Mickey mati pertama kali saat mendarat di Niflheim yang segera mati karena virus. Kematiannya membuat para ilmuwan bisa menciptakan vaksin agar bisa bertahan di planet itu.Â
Peran Ruffalo tidak hanya sekadar berbicara soal kolonisasi, tetapi kolonialisme. Mulai dari eksploitasi pekerjanya, bersenang-senang di atas penderitaan orang, sampai melihat makhluk lain sebagai ancaman.Â
Penjajahan yang kerap terjadi antar negara saat ini seperti terwakili bagaimana Marshall tidak percaya bahwa creeper itu tidak jahat. Alih-alih mendengarkan kisah Mickey, dia melihat creeper harus dimusnahkan. Alasannya, dia ingin menjadi pemimpin tunggal di koloni barunya. Kritik ini jelas mengacu pada nafsu manusia yang terus ingin menguasai. Bong melihat ideologi supremasi masih kuat di dalam kehidupan manusia.Â
Baca juga:Â Review Film Samar, Kisah Komikus dengan Masa Lalu Kelam

Antara moralitas dan eksistensial manusia
Bong juga secara tidak langsung mengkritik soal moralitas dan etika dalam penggunaan teknologi melalui film Mickey 17 Seperti diketahui, isu kloning manusia masih terus hidup di dunia ilmiah. Namun, hal ini terus mendapatkan pertentangan secara hak asasi dan kemanusiaan.Â
Bong juga secara tidak langsung mengeksplorasi hal tentang kematian yang sangat terbatas pada manusia. Kita mungkin saja melihat Mickey bisa hidup kembali tanpa kehilangan ingatan adalah hal yang menyenangkan.Â
Pertanyaan-pertanyaan tentang “bagaimana rasanya mati” dari orang sekitar Mickey, adalah gambaran manusia yang selalu penasaran tentang kematian. Meskipun Mickey tidak menjawab apapun, tetapi ada pernyataan dari Mickey bahwa dia tetap takut pada kematian. “Sebenarnya, aku sangat benci mati.”
Bong serasa ingin memperlihatkan bagaimana kematian itu tidak sekadar hilangnya fungsi tubuh, tetapi juga kehilangan identitas, kenangan, hingga makna hidup. Kehilangan eksistensi menjadi ketakutan yang masih terus tumbuh hidup di masyarakat.Â
Justru karena terlalu sering mati, Mickey mengalami trauma yang mendalam. Mickey juga dianggap sebagai “benda” bukan sebagai manusia. Bong juga seperti ingin berbicara bahwa kematian mungkin adalah kehilangan tetapi hal ini jadi bagian dari kehidupan yang membuat kita menghargai setiap momen kehidupan.Â
Baca juga:Â Review Film Conclave, Drama Kekuasaan dan Manipulasi di Balik Pemilihan Paus

Analogi yang diambil dari Mitologi
Entah dari mana idenya, Bong menamakan Niflheim pada planet tujuan misi koloni Marshall. Niflheim sendiri ada dalam mitologi Nordik. Dalam mitos tersebut, Niflheim adalah dunia purba dengan alam dingin, berkabut, dan penuh kegelapan.Â
Niflheim digambarkan penuh kekacauan dan penderitaan. Konsep ini berkaitan erat dengan kematian dan ketiadaan. Kematian berulang kali yang dialami Mickey seperti memperlihatkan bahwa Niflheim adalah dunia bawah tanah yang erat dengan kematian.Â
Kritik Bong melalui film Mickey 17 berlanjut tentang bagaimana upaya manusia untuk mengetahui dunia setelah kematian. Dengan teknologi, manusia seakan ingin menjadi “Tuhan” agar bisa mengelola dunia tersebut. Melalui film ini, Bong seakan mengajak untuk merenungkan apakah usaha menghindari kematian benar-benar bisa menghapus penderitaan dan kerentanan eksistensial.Â

Karakter Memukau, Sinematografi Menawan
Film fiksi ilmiah  karya Bong ini menyuguhkan banyak hal menarik dan menyenangkan, dibalik kritik satirnya. Robert Pattinson menjadi kunci terbaik dari film ini. Pattinson mampu bermain peran ganda, menjadi no 17 dan 18 dengan sifat berbeda dalam satu frame.Â
Sikap inferior dari no 17, ternyata adalah kita yang kebanyakan. Ketakutan untuk melangkah, tetapi tetiba punya keberanian saat ada sesuatu berharga yang diambil. Tetapi, kembali menjadi inferior saat berhadapan dengan pihak pejabat.Â
Tentu saja ini menjadi bertolak belakang dengan tagline film Mickey 17 ini, “Dia mati demi menyelamatkan umat manusia”. Mickey sebenarnya tidak rela mati, tetapi terpaksa.Â
Ruffalo juga sekali lagi memperlihatkan kelasnya. Karakter pemimpin yang culas dan meremehkan orang lain hadir dengan cara berbicara dan gesturnya.Â
Film Mickey 17 ini semakin menarik kala menampilkan dunia distopia dengan pemandangan kapal bahtera masa depan dengan dunia planet es. Bong telah menampilkan monster, darah berpadu dengan cinta, kebaikan, heroisme, sekaligus ketamakan manusia dan kapitalisme.
Terlepas dari usaha Bong yang menjejalkan banyak pesan di dalam film ini ataupun plot yang terputus, misalnya kenapa Mickey 18 berbalik melawan Marshall. Pada akhirnya, walaupun kritikus banyak mengganggap ini bukan karya terbaik Bong, tetapi setidaknya lewat film ini Bong telah berbicara agar manusia mau mengeluarkan kebaikan untuk melawan kondisi ketidakadilan saat ini di dunia nyata.
Review overview
Summary
7