“Aku adalah hewan terkuat di hutan ini,” ujar Gaga si gajah Sumatera.
Bembi si beruang madu menggeleng. “Tidak. Akulah yang terkuat.”
Gaga menuju sebuah batang pohon yang baru tumbang akibat hujan besar kemarin. Gaga mengangkat batang pohon itu tinggi-tinggi dengan belalainya.
“Nah, lihat, kan?” ujar Gaga kemudian.
“Ah, kalau hanya mengangkat pohon, aku juga bisa,” ujar Bembi.
Bembi mengambil batang pohon yang barusan diangkat Gaga dengan kedua tangannya yang berkuku tajam. Bembi mengangkat batang itu sampai di atas kepalanya. “Lihat, aku lebih kuat, kan? Aku mengangkat pohon ini lebih lama daripada dirimu.”
“Kalau begitu, kita adakan pemungutan suara saja,“ ujar Tutu Tupai.
Bembi dan Gaga menatap Tutu bersamaan. “Pemungutan suara?”
Tutu mengangguk. “Kalian akan beradu kekuatan. Ada tiga ujian. Setelah kalian berhasil melewati semua ujian itu, kami, para hewan lainnya, akan melakukan pemungutan suara memilih siapa hewan terkuat di hutan.”
Bembi dan Gaga setuju.
Waktu pemungutan suara pun tiba. Adu kekuatan itu dimulai saat matahari mulai tinggi. Tutu bertugas sebagai wasit.
Pertama, Bembi dan Gaga bergantian untuk mengangkat pohon selama waktu yang ditentukan. Ujian kedua, Bembi dan Gaga harus mengangkat sebuah batu besar.
“Hoeem…” Bembi menguap lebar.
Gaga menoleh pada Bembi. “Kamu mengantuk?”
Bembi mengangguk. Beruang madu sebenarnya adalah hewan nokturnal, hewan yang hanya beraktivitas pada malam hari.
“Maaf, aku mundur saja,” ujar Bembi akhirnya karena tak kuat menahan kantuk.
Meski begitu, Gaga tetap ingin melanjutkan adu kekuatan ketiga. Dia ingin membuktikan kalau dia lebih kuat dari Bembi.
“Adu terakhir adalah kuat saat diserang hewan lain,” jelas Tutu.
“Biar kami yang melakukannya,” ujar para semut merah yang sedang berbaris rapi di atas batu besar.
Gaga menoleh lalu tertawa. “Bagaimana mungkin kalian bisa menyerangku?”
Tutu pun setuju. Para semut kemudian menaiki gajah sumatera itu. Dan, tak disangka, Gaga berteriak-teriak kesakitan oleh gigitan para semut itu.
“Tolong! Tolong! Hentikan!” teriak Gaga.
Para semut satu per satu turun dari tubuh Gaga.
“Nah, Gaga, ternyata tubuh besar bukan berarti terkuat. Lihat saja Bembi, dia kalah karena tak bisa beraktivitas pada siang hari. Lalu, kamu kalah hanya karena semut,” ujar Tutu kemudian.
Gaga menunduk malu. “Kamu benar, Tutu. Maafkan aku juga ya, teman-teman. Aku janji tidak akan sombong lagi.”
Tutu dan semua hewan yang hadir pun tersenyum lega. *
Penulis: Hamidah Jauhary
Pendongeng: Paman Gery (IG: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita