Minggu pagi menjadi saat yang ditunggu-tunggu oleh Mohammad Remano Darusatwiko (10). Pasalnya, pada hari tersebut, Remano diajak orangtuanya untuk bermain di Rumah Perubahan, Jati Murni, Bekasi, Jawa Barat. Di Rumah Perubahan ini, setiap dua minggu sekali rutin diadakan program bermain dengan alam bagi anak, yakni Petualang Cilik.
Kegiatan ini bagaikan oase di tengah sedikitnya tempat bermain edukatif bagi anak, khususnya di kota-kota besar yang lahan terbuka hijaunya semakin sempit. Berdiri di lahan seluas 5 hektare, Rumah Perubahan memiliki lahan yang luas untuk melakukan kegiatan outbound yang seru. Anak-anak diajak mengenal lebih dekat dengan alam. Kegiatan memandikan kerbau, memanen sayuran, melihat proses pembuatan biogas dari kotoran sapi, membuat tempe, dan menangkap ikan dapat ditemukan di sini.
Petualang Cilik bermula sejak Maret 2014 dan akan memasuki batch ke-21 pada 11 Januari 2015. Kegiatan ini diadakan untuk mengoptimalkan fungsi lahan yang ada. “Selain itu, karena menyadari ada kecenderungan aktivitas anak-anak zaman sekarang yang kurang bersentuhan dengan alam, kami ingin mengenalkan dan mendekatkan mereka dengan kegiatan-kegiatan seru nan edukatif yang bisa didapatkan di alam,†papar Head of Production Rumah Perubahan Rifki Hidayat.
Mengembangkan imajinasi
Dengan kegiatan memanen kangkung, misalnya, anak-anak akan dikenalkan dengan manfaat sayuran ini oleh kakak fasilitator. Bukan hanya itu, anak-anak berkesempatan memetik kangkung yang siap panen, langsung di ladangnya. Kangkung yang telah dipetik itu lalu dikumpulkan, dibersihkan, kemudian diikat, dan dapat dibawa pulang oleh si anak.
Tak hanya itu, kegiatan menarik lainnya masih menanti seperti memandikan kerbau. Kegiatan ini tampaknya sudah langka. Padahal, para orangtua zaman sekarang mungkin ada yang pernah melakukan kegiatan ini semasa kecil. Dengan memandikan kerbau, anak-anak diajarkan untuk bersikap lembut, misalnya dengan menyikat tubuh kerbau kemudian membilasnya dengan air. Anak-anak pun dapat duduk di atas punggung kerbau didampingi kakak fasilitator berpengalaman.
Berlanjut ke Rumah Tempe. Di lokasi ini, anak-anak ditunjukkan proses membuat tempe embun. Tempe embun diolah menggunakan air embun, bukan air tanah biasa. Air embun yang dipakai untuk mencuci dan mengolah kedelai di sini, dihasilkan dari teknologi tinggi sehingga terbebas dari mineral anorganik, seperti sodium/garam, klorida, logam berat (timbal dan merkuri), dan pestisida berbahaya. Tempe yang dihasilkan pun bersih, lebih sehat, lebih higienis, dan lebih empuk. Lagi-lagi setelah mendapatkan informasi tempe embun, anak-anak dapat membawa pulang tempe embun yang telah mereka olah.
Kemudian, proses pembuatan biogas dari kotoran sapi. Meski sempat mengeluh ketika masuk ke kandang sapi karena aromanya menyengat, anak-anak tetap bersemangat mendengarkan kakak fasilitator menjelaskan tentang biogas. Mereka juga berkesempatan memberi makan sapi yang ada.
Psikolog anak Devi Raissa menjelaskan, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi anak-anak untuk menggerakkan kemampuan motorik kasar yang berhubungan dengan kegiatan seperti berjalan dan berlari. Kegiatan seperti ini juga mengembangkan kemampuan sosialisasi anak.
“Namun, tak hanya melatih kemampuan motorik kasar mereka, para orangtua dapat juga membimbing anak untuk melatih kemampuan motorik halus, seperti membuat hasta karya dari barang-barang bekas, bermain puzzle, dan menyusun balok. Jadi, anak-anak dapat mengembangkan kemampuan motorik mereka dengan konsisten sehingga hasilnya juga dapat optimal,†terang Devi.
Perkembangan motorik ini beriringan dengan proses kematangan fisik anak. Kemampuan motorik merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan sistem saraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung perkembangan kemampuan motorik.
Petualang Cilik dapat diikuti oleh anak-anak berusia 5–10 tahun. Dengan biaya pendaftaran Rp 50.000, kegiatan ini menjadi alternatif hiburan seru yang murah meriah dan tentunya sangat bermanfaat.
Di samping itu, ketika anak-anak sedang mengikuti rangkaian kegiatan acara Petualang Cilik, orangtua dapat sejenak merelakskan diri dengan sejuknya lingkungan di Rumah Perubahan. Ini karena di Rumah Perubahan dikembangkan hutan mini dengan koleksi 2.000-an tanaman langka, seperti bunga bangkai, rambutan binjai, matoa, jamblang, zaitun, rengas, kemang, bintaro, rukem, asem jawa, mandalika, dan marcopolo. [ACH]
Klasikamus
Motorik Kasar
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh, yang dipengaruhi oleh usia, berat badan, dan perkembangan anak secara fisik.
noted: serunya menjadi petualang cilik
foto: iklan kompas/achdiyati sumi