Malam ini, di daerah rumah Andi di Semarang, Jawa Tengah, sedang mengalami pemadaman listrik bergilir. Itu artinya, tak ada koneksi internet karena saluran WiFi juga terputus. Andi pun membiarkan gawainya tergeletak di meja begitu saja dan cemberut. Tak hanya Andi, Alya, dan Amar juga melihat hal yang sama.

Ayah Andi melihat hal tersebut dan memanggil kakak-beradik itu ke ruang tamu.

“Kalian kenapa cemberut?” tanya Ayah.

“Ini, Yah, internet mati gara-gara listrik padam. Aku bosan sekali karena tidak bisa bermain game,” sungut Andi.

“Aku juga, Yah,” sahut Alya, adik Andi.

“Sini-sini, Ayah punya permainan seru. Namanya, cublak-cublak suweng. Waktu kecil Ayah sering bermain ini.”

“Bagaimana permainannya, Yah?” tanya Amar dengan antusias. Andi dan Alya pun mendekat.

“Begini permainannya, Ayah punya satu biji kelereng ini. Nanti ada satu orang yang menunduk menjadi kucingnya. Yang lain duduk melingkar dengan tangan terbuka di punggung kucing. Lalu, kelereng ini dioper dari satu tangan ke tangan lain sampai lagu ‘Cublak-Cublak Suweng’ selesai. Kalau sudah selesai, yang menjadi kucing harus menebak kelerengnya ada di tangan siapa. Apakah kalian paham?” tanya Ayah.

Mereka bertiga mengangguk. “Nah, siapa yang mau jadi kucing?” tanya Ayah lagi.

“Aku, Yah! Aku!” jawab Amar bersemangat.

Amar pun langsung membungkuk, sementara Andi, Alya, dan Ayah mengelilinginya.

Cublak cublak suweng suwenge ting gelenter…,” lagu pun mulai dinyanyikan. Saat lagu selesai, Amar menebak kalau kelereng itu ada di tangan Alya.

Tebakan Amar benar dan mereka tertawa karena wajah lucu Amar saat menebak.

Di tengah-tengah permainan Ayah sambil menjelaskan kalau permainan cublak-cublak suweng ini mengajarkan kesabaran, kebahagiaan, dan sifat tidak serakah terhadap harta.

Permainan berlanjut dengan Alya menggantikan posisi Amar sebagai kucing untuk menebak. Begitu seterusnya sampai tak terasa waktu menunjukkan pukul 9 malam dan mereka harus tidur.

Malam itu, Andi sangat senang karena di balik padamnya listrik, ia jadi tahu permainan tradisional ini yang membuatnya menjadi sangat bersemangat dan sejenak lupa akan gawainya. Ternyata sedikit lepas dari gawai seru juga ya. Dalam benaknya pun ia bertanya, kira-kira Ayah punya permainan tradisional apa lagi, ya? *

 

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur

Penulis: Niken Ari Prayitno
Ilustrasi: Regina Primalita
Penutur: Paman Gery (@paman_gery)