“Syuuut…. Syuuut….”
Sera mengepakkan sayapnya dan terbang dengan cepat. Sesekali, ia berputar mengelilingi pepohonan sambil bernyanyi. Tepat saat itu, ia melihat seekor belalang kecil. Serangga itu adalah makanan kesukaannya.
“Wah, ada belalang!” gumam Sera senang.
Diam-diam Sera meninggalkan teman-temannya lalu terbang mengejar belalang itu. Namun, belalang itu terus terbang menjauh.
Dengan semangat Sera terbang mengikuti belalang itu. Ia terbang semakin jauh.
Hingga akhirnya ia merasa lelah. Sera pun memutuskan untuk beristirahat. Ia singgah di sebuah ranting pohon yang menjulang tinggi.
“Ah, belalang itu terbang cepat sekali,” gerutu Sera sambil mengamati sekelilingnya.
Betapa terkejutnya Sera ketika ia menyadari sudah terpisah dari teman-temannya.
“Oh tidak! Aku tersesat,” pekiknya ketakutan.
Sera mengerjap-ngerjapkan matanya. Tempat itu terasa asing baginya. Sera terbang ke atas dan berputar-putar di langit. Namun sayangnya, ia tetap tidak bisa mengingat arah jalan pulang.
Sera berusaha untuk tetap tenang. Ia mencoba mengingat-ingat jalan mana yang ia lalui tadi. Akan tetapi, tidak berhasil.
“Ah, seandainya saja aku tidak mengejar belalang itu,” sesal Sera.
Sera mulai tersedu. Ini pertama kalinya ia terpisah dari teman-temannya. Selama ini mereka selalu bermain dan mencari makan bersama-sama.
Saat hampir putus asa, Sera teringat pada pesan Ibunya, bahwa bila suatu hari ia terpisah dari teman-temannya, ia bisa memanggil mereka dengan kicauan nyaring.
Sera ragu sejenak. Ia belum pernah mengeluarkan kicauan nyaring.
“Aku harus berani mencobanya. Semoga saja ini berhasil.”
Sera pun mencari ranting pohon yang paling tinggi lalu bertengger di situ. Sera lalu mencoba mengeluarkan kicauan panjang dan nyaring. Dan tak lama kemudian, sekelompok cendrawasih merah datang dan menghampiri Sera!
“Akhirnya ketemu juga! Kamu ke mana saja sih, Sera?” tanya Aira khawatir.
Sera pun bercerita kalau ia terlalu asyik mengejar belalang sampai tak tahu kalau ia sudah tersesat. Aira hanya geleng-geleng kepala.
“Lain kali, kalau kamu mau mengejar belalang bilang dulu, dong. Kami dari tadi terus mencarimu,” kata Aira.
Sera mengangguk sambil meminta maaf pada teman-temannya. Ia juga berjanji tidak akan pergi diam-diam lagi.*
Penulis: Iliana Loelianto
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita