Kebanggaan seorang penerbang dalam menjalani profesinya, sesekali, tak sekadar urusan menerbangkan pesawat dan mendaratkannya kembali secara utuh. Namun, pamor mereka semakin memuncak bila pesawat yang diterbangkan secara akrobatik mampu mengundang aplaus ribuan pasang mata yang melihatnya dari bumi.

Seperti sekelompok penari balet yang meliuk-liuk lincah di atas panggung, penerbang pun menyediakan diri dan pesawatnya untuk berputar, menukik, dan berguling di angkasa. Inilah aerobatik, seni penerbangan yang indah dan berbahaya. Indah di depan mata para penonton yang selalu berbuntut pujian, dan berbahaya pada kondisi sesungguhnya yang dialami penerbang dalam kokpit. Tak boleh ada kesalahan dalam melakukan “tarian” ini.

Di ruang kokpit, penerbang aerobatik harus bekerja ekstra keras dalam banyak hal. Mulai dari kedisiplinan teknik terbang, membangun manuver, hingga bertahan dari perubahan gaya gravitasi yang ekstrem. Alat kemudi pesawat pun menjadi terasa lebih berat dibanding terbang normal, sehingga penerbang akan lebih cepat lelah.

Pertunjukkan aerobatik tingkat dasar bisa digelar bila penerbang telah matang menguasai manuver dasar aerobatik berupa loop, roll, dan spin. Untuk itulah, fisik penerbang aerobatik harus benar-benar prima, karena manuver aerobatik selalu menimbulkan gaya gravitasi yang besar. Perubahan gaya gravitasi yang cepat sering mengakibatkan penerbang mual-mual, pusing, bahkan kehilangan kesadaran.

Dengan menggunakan peralatan khusus, setiap penerbang akan melatih fisiknya agar cepat beradaptasi dengan perubahan gaya gravitasi. Menurut penelitian, kemampuan fisik orang non-penerbang untuk bertahan atas gaya gravitasi (G) berkisar –2 hingga +5 G, dalam beberapa detik saja. Dalam manuver di udara, gaya gravitasi bisa mencapai 3 hingga +9 G, bahkan lebih besar lagi.

Terbang aerobatik adalah terbang “abnormal”. Itu memang disengaja untuk menciptakan sebuah gerakan yang indah dilihat, yang acapkali ditingkahi semburan asap warna-warni seolah memastel angkasa.

Tarian aerobatik bukan hasil pekerjaan semalam. Butuh latihan teratur, disiplin, dan penjiwaan atas setiap maneuver. Penerbang harus pula bekerja sama dengan penerbang lain dan petugas di darat.

Eropa dan Amerika memiliki tim pesohor aerobatik, seperti Thunderbirds dan Blue Angels (AS), Red Arrows (Inggris), Frecce Tricolori (Italia), atau Patrouille de France (Perancis). Adapun Asia Tenggara menyumbangkan The Black Knights (Singapura) dan Jupiter Aerobatics Team (Indonesia). [*]

Foto : Shutterstock.com/ Roman Vukolov; Shutterstock.com/videomatic.