Bu Noa, seekor anoa turut memperhatikan perilaku Momo. Ia merasa ada yang janggal dengan perilaku Momo. Suatu sore, ketika semua hewan berkumpul di tengah hutan untuk bermain, Bu Noa mendekati Momo yang duduk sendirian.
“ Hai, Momo! Sedang apa di sini?” sapa Bu Noa. Momo yang sedang memandangi teman temannya bermain, tidak menyadari kedatangan Bu Noa.
“ Ehh..eh, ti..tidak sedang apa-apa kok, Bu,” jawab Momo kaget.
“ Kenapa kamu tidak ikut bermain dengan teman-temanmu?” tanya Bu Noa.
Momo diam tertunduk. Bu Noa tampak iba, lalu ia tersenyum pada Momo.
“Aku malu kalau bermain dengan teman teman lain, Bu. Mereka semua memiliki bentuk tubuh dan warna yang indah, sedangkan aku hanya seekor burung pendek yang tidak memiliki tubuh sebagus mereka,” kata Momo meneteskan air mata. Rupanya Momo merasa tidak percaya diri dengan kondisi tubuhnya. Ia berpikir, pasti teman-temannya tidak akan menerimanya.
Bu Noa kemudian berkata, “Momo, semua hewan yang ada di dunia ini adalah ciptaan Tuhan yang indah. Aku tidak bisa terbang sepertimu, tetapi aku bisa berlari dengan cepat. Semua makhluk diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing masing.”
“Tapi, apakah mereka mau berteman denganku?” tanya Momo.
“Tentu saja kami mau!” sahut Roro si burung rangkong. Ternyata, semua hewan telah berkumpul di dekat Bu Noa dan Momo dan ikut menyemangati Momo.
“Ya, Momo! Kita semua harus percaya diri bagaimanapun keadaan kita. Juga jangan berpikiran buruk dengan teman, ya, he-he-he.” tambah Liling si Trenggiling.
Momo menangis haru melihat sikap teman temannya. Sambil mengusap air matanya, Momo berterima kasih kepada Bu Noa dan teman-temannya karena mau menerima dirinya apa adanya.
“Teman-teman, maafkan aku sudah berpikiran buruk pada kalian,” kata Momo menyesal. Ia juga bersyukur telah hidup dikelilingi teman-teman yang baik. Sekarang, Momo sadar, semua makhluk diciptakan Tuhan dengan indah dan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang semuanya sangat dicintai oleh Sang Pencipta. Jadi, jangan merasa minder. *
Penulis: Sabatini Dewanti
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita