Di bibir pantai Gunung Kidul, Yogyakarta, yang membentang sepanjang 70 kilometer, tersemat surga-surga kecil. Tempat orang untuk pulang ke alam, menjernihkan pikiran, atau mengembalikan kegairahan hidup. Di salah satu pantainya, kita bisa menyesap keindahan sekaligus belajar tentang harmoni budaya.

Ngobaran. Pantai yang bersebelahan dengan Ngrenehan ini serupa relung yang dipagari tebing batuan karst. Di dalamnya, ombak lincah menandak-nandak, menyapa hamparan pasir. Jika air surut, kita bisa melihat hamparan alga di sela-sela karang. Pantai ini memang memanjakan indera. Elok perpaduan cokelat karang, biru laut, dan buih putih yang tercipta di atas ombak. Suara ombak yang memecah karang, sesekali pekik burung di angkasa. Bau khas laut yang asin dan basah. Semua mengajak kita untuk sejenak keluar dari padat rutinitas untuk mengalami sesuatu yang lain.

Ada tangga di pinggir tebing untuk turun ke pantai. Jika Anda datang pagi hari, Anda bisa melihat beberapa warga mengambil rumput laut untuk dijual. Di sore hari, aktivitas bertungkus lumus di pantai itu berganti tujuan, kali ini incarannya adalah landak laut. Ya, penduduk sekitar menjadikan landak laut sebagai bahan pangan. Dengan bumbu garam dan cabai, mereka menggorengnya.

Di samping semua keindahan tersebut, yang tidak terdapat di pantai lain adalah pesona budayanya. Ngobaran bisa dikatakan sebagai tempat yang dengan apik menggambarkan sesuatu yang beragam dapat hidup berdampingan di satu tempat.

Di Ngobaran, kita dapat menemukan bangunan semacam pura dengan patung-patung berwarna putih. Konon, tempat ini didirikan untuk memperingati kehadiran Brawijaya V, salah satu keturunan raja Majahait, di Ngobaran. Mereka yang meneladan Brawijaya disebut penganut Kejawan (bukan Kejawen)—diambil dari nama Bondan Kejawan, raja terakhir Majapahit.

Di sebelah tempat peribadatan tersebut, ada bangunan joglo yang kerap digunakan pengikut Kejawen untuk menghaturkan syukur. Tak jauh dari sana, ada pula pura Hindu dan bangunan masjid kecil, kira-kira 3 kali 4 meter besarnya. Di salah satu sisi tembok masjid, coretan merah menandai arah kiblat.

Sajian alam di Ngobaran begitu lengkap. Kemolekan alam, keragaman budaya, bahkan kekayaan kuliner bisa ditemui. Tempat kita bisa menyebut perjalanan lebih dari sekadar berwisata. [*/NOV]

noted: sejenak jeda di ngobaran