Pertempuran Surabaya menjadi salah satu perang terbesar dalam sejarah Indonesia mempertahankan kemerdekaannya. Waktu itu, setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat untuk pengibaran bendera nasional Sang Saka Merah Putih di seluruh Indonesia. Hal ini disambut gembira oleh rakyat Indonesia.
Pada September tahun itu juga, tentara Inggris yang tergabung dalam Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) datang ke Surabaya bersama dengan tentara Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Mereka bertugas melucuti tentara Jepang—yang pada 14 Agustus 1945 telah menyerah kepada Sekutu—dan memulangkan mereka ke negaranya. Tugas ini juga diiringi niat mengembalikan Indonesia sebagai jajahan Belanda.
Hal tersebut memicu kemarahan warga Surabaya karena merasa Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia. Apalagi, ketika bendera Belanda kembali dikibarkan di Hotel Yamato pada 18 September 1945. Kita tahu, keesokan harinya warna biru pada bendera Belanda disobek sehingga yang berkibar adalah bendera merah putih.
Baca juga :Â
- Mengenal 5 Pahlawan Wanita Indonesia
- Kisah Bung Tomo, Sang Pengobar Semangat pada Pertempuran Surabaya
Setelah insiden tersebut, suasana memanas, sampai pada 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia dan tentara Inggris. Memang, ada gencatan senjata yang ditandatangani pada 29 Oktober. Namun, bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya masih terus terjadi. Bentrokan itu memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, pemimpin tentara Inggris di Surabaya, dengan tembakan seorang pemuda Indonesia.
Hal tersebut membuat Inggris marah dan mengultimatum pihak Indonesia untuk menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan NICA serta menyerahkan persenjataan paling lambat pukul 06.00 WIB tanggal 10 November 1945. Bukannya takut dan lantas menyerah, pemuda Indonesia kian berapi-api untuk melawan Sekutu.
Pagi-pagi sekali pada 10 November itu, tentara Inggris melancarkan serangan. Ini dibalas dengan perlawanan sengit dari pasukan dan milisi Indonesia. Pada pertempuran ini, ada banyak tokoh yang menggerakkan perlawanan. Salah satu yang paling kita kenal, Bung Tomo. Ada pula tokoh-tokoh lain seperti KH Hasyim Asyari dan KH Wahab Hasbullah.
Pertempuran Surabaya berlangsung cukup panjang karena alotnya perlawanan dari pihak Indonesia. Pertempuran ini baru mereda dalam sekitar tiga minggu. Diperkirakan 6.000–16.000 pejuang Indonesia gugur dalam pertempuran ini. Kehilangan yang besar itu lantas menularkan semangat perlawanan di berbagai daerah lain di Indonesia.
Sebagai bentuk penghormatan atas laku heroik para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia itu, tanggal 10 November lantas ditetapkan pemerintah sebagai Hari Pahlawan dengan Keppres Nomor 316 tahun 1959. Semoga semangat perjuangan ini terus kita kenang dan hidupkan hingga kini.