Dalam kondisi nyaris tanpa harapan, ia mendapatkan informasi tentang peluang kesembuhan melalui sebuah pengobatan eksperimental. Namun, untuk itu ia harus pergi ke lokasi yang dirahasiakan di Meksiko.
Baca juga: Spiral: From the Book of Saw
Dipenuhi harapan untuk dapat sembuh, John berangkat ke Meksiko dan menjalani pengobatan. Namun, usai pengobatan, John tersadar bahwa semuanya adalah tipuan belaka. John pun kembali pada caranya yang lama untuk membalas dendam kepada seluruh tim yang terlibat.
Sadisme
John Kramer memiliki karakter unik yang sejajar dengan sosok menakutkan seperti Mike Myers dalam seri Halloween atau Freddy Krueger dari A Night on Elm Street.
Korban-korban John diajak, atau tepatnya dipaksa bermain. Ia menyebutnya sebagai “menguji kemauan mereka untuk tetap hidup”. Namun, mereka harus memotong lengan, kaki, atau bahkan membelah kepala. Sehingga, itu tetap menjadi pilihan sulit.
Sadisme semacam itu kembali dihadirkan pada Saw X. Penyebabnya begitu gamblang, tanpa tedeng aling-aling. Wajar saja John begitu geram dan marah. Bukan sekadar karena ia merasa ditipu, tetapi penipuan tersebut dilakukan terhadap orang-orang yang seakan mendapat secercah harapan di tengah keputusasaan.
Konflik pada Saw X begitu sederhana. Fokusnya boleh jadi memang bukan pada penyebab kemarahan John, tetapi lebih pada bagaimana kemarahan itu diekspresikan dalam permainan mematikan yang menjadi ciri khas waralaba ini.
Baca juga: The Exorcist: Believer, Bersama Melawan Kuasa Jahat
Itu sebabnya, seperti dikatakan produser Mark Burg, film ini diberi tajuk Saw. “Bukan Jigsaw, bukan Saw 3D, tapi Saw. Kami membawa audiens kembali pada awal dari Saw dan apa yang membuat mereka tertarik pada kisah ini,” tutur Mark.
Memasuki edisi kesepuluh, ini untuk pertama kalinya setelah sekian lama film ini kembali pada tajuk awalnya, Saw. Film ini menjadi kepingan penting dan sangat personal dari kehidupan John Kramer.
Meski kisahnya sederhana dan kental dengan aroma balas dendam, film ini menyentil masalah moralitas. Bagi Cecilia Pederson (Synnove Macody Lund), pimpinan pengobatan eksperimental, penipuan yang dilakukan tidak terlalu mengusik nurani karena sang korban sudah menjelang ajal.
Di tengah situasi horor yang dihadirkan John, Pederson mencoba memengaruhinya dengan mengajukan alasan dan menasihati. John berkilah dengan nada mengejek bahwa ia tidak mau mendengarkan nasihat seputar moral dari seorang yang jelas-jelas perbuatannya bertentangan dengan moralitas.
Penonton diajak untuk menyelami motif-motif terdalam dari perbuatan manusia—betapa pun buruk dan mengerikan perbuatan tersebut. Permainan mematikan yang dihadirkan John menghadirkan konflik yang tak terbayangkan, ketika dalam situasi hidup dan mati, seseorang didorong untuk melakukan hal yang paling tidak ingin dilakukan. Lebih dari sekadar horor, Saw X mengantarkan perenungan tentang moralitas dengan cara yang tidak biasa. Itu pula yang membuat perbuatan John, betapa pun mengerikan, justru menjadi inspirasi.
Itu yang terjadi pada Amanda (Shawnee Smith) yang membantu John menjalankan aksinya. John menjadi panutan Amanda, karakter yang pada film-film berikutnya menjadi penerusnya.
Bagi yang menggemari film thriller dan tidak masalah untuk menyimak adegan-adegan sadis di luar nalar, Saw X akan menjadi film yang wajib ditonton. Apalagi bagi penggemar John Kramer, ini menjadi edisi yang menampilkan sosok bengis tapi manusiawi. Saw X sedang diputar di bioskop Tanah Air, segera saksikan.
Review overview
Summary
8Saw X berkisah tentang pembalasan John Kramer setelah ia menjadi mangsa penipuan berkedok pengobatan eksperimental untuk menyembuhkan kanker yang dideritanya.