Wayan pulang dari sekolahnya dengan gembira. Siang itu, dia baru saja belajar tari tradisional Bali bersama teman-temannya di sekolah. Wayan menceritakan hal tersebut pada ibunya yang dipanggil Meme.

“Meme, tadi di sekolah, aku dan teman-teman diajari tari Bali oleh Bu Guru,” katanya.

“Oh, ya? Apa saja yang sudah Bu Guru jelaskan?”

“Tadi Bu Guru sudah menjelaskan tentang tangkep, macam-macam ekspresi dan mimik wajah saat menari. Minggu depan akan dijelaskan tandang, cara jalan mengikuti irama; dan agam, gerakan dasar tariannya.”

“Sepertinya kamu sudah tidak sabar untuk pelajaran tari minggu depan, ya? Supaya minggu depan lebih lancar, mau latihan sama Meme dulu?”

“Memangnya Meme bisa menari?”

“Kamu jangan salah, Meme dulu salah satu penari tradisional yang sering tampil dalam banyak pertunjukan.”

Meme pun mengajak Wayan melihat-lihat album foto lama. Di album tersebut, terlihat banyak foto Meme saat masih muda dalam pakaian tradisional Bali, terlihat sedang memeragakan beberapa tarian.

“Dahulu, sebelum menikah dengan Bapa kamu, Meme pernah menjadi guru tari juga. Cita-cita Meme adalah membuka sanggar tari sendiri supaya bisa melestarikan budaya, khususnya budaya Bali.”

“Kalau begitu, kenapa kita tidak membuka saja sanggar tari itu sekarang, Meme? Biar aku yang menjadi murid pertama Meme!”

“Ide bagus. Bagaimana kalau sekarang Wayan membantu Meme?”

Wayan mengangguk setuju dan langsung membantu Meme. Dengan pensil warnanya, Wayan membuat tulisan besar di atas kertas, bertuliskan “Sanggar Tari Meme dan Wayan”. Kertas itu kemudian ditempelkan di depan rumah.

Lalu, di halaman rumah mereka yang cukup luas, Meme mulai mencontohkan beberapa gerakan dasar dalam tari Legong, tari yang sedang dipelajari oleh Wayan. Sesekali, Meme memperbaiki gerakan Wayan yang kurang tepat.

Tetangga-tetangga di sekitar yang melihat itu langsung membicarakannya. Akhirnya, sanggar tari Meme tiba-tiba ramai oleh orang-orang, baik yang sekadar ingin menonton maupun ingin ikut mencoba.

“Boleh saya belajar juga?” tanya seorang ibu yang kebetulan lewat di depan rumah Wayan.

“Tentu saja boleh. Silakan masuk,” ajak Wayan.

Satu orang mulai bergabung, dilanjutkan dengan dua orang, sampai akhirnya halaman rumah Wayan penuh dengan orang-orang yang ingin berguru pada Meme.

Walaupun hanya sanggar tari kecil, melihat Meme dan dirinya dapat ikut melestarikan budaya tari tradisional Bali, membuat Wayan merasa senang. Ke depannya, Wayan berjanji akan terus melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia. Karena kalau bukan kita sebagai anak bangsa, siapa lagi yang akan melestarikannya?*

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Audrey Regina
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita