Hampir setiap orang di Indonesia punya sandal jepit. Alas kaki ini menjadi pilihan karena temperatur udara yang hangat dan memakai sepatu bisa jadi membuat kaki terasa gerah. Ketika berwisata, terutama di pantai, sandal jepit juga menjadi pilihan yang praktis.
Namun, penggunaan sandal jepit dalam durasi yang panjang bisa memicu masalah-masalah kesehatan. Pasalnya, kebanyakan desain sandal jepit tidak sesuai dengan ergonomi telapak kaki. Sol karet tipis pada sandal jepit tidak menyokong lengkungan kaki, yang menyebabkan tekanan pada kaki dan menimbulkan rasa sakit.
Sandal jepit juga tidak dirancang dengan dukungan perlindungan untuk pergelangan kaki. Ini dapat menyebabkan cedera dan masalah keseimbangan.
American College of Sports Medicine menjelaskan, memakai sandal jepit dapat menyebabkan rasa sakit atau nyeri pada banyak bagian tubuh. Ini terutama karena sandal jepit tidak menyediakan topangan untuk kaki. Sewaktu kita berjalan, bagian tumit memegang peranan besar dalam menyerap guncangan. Dan, ketika permukaan antara tumit dan tanah tidak ditopang dengan baik, tumit pun kurang optimal menyangga tubuh. Artinya, kaki harus bekerja lebih keras.
Bahkan, desain sandal jepit “memaksa” kita untuk menggunakan bagian depan telapak kaki, bukannya tumit, untuk menyangga tubuh. Ini menyebabkan risiko terjadinya nyeri pada kaki bagian bawah, lutut, pinggang, dan punggung.
Di samping itu, dengan desainnya yang terbuka, kemampuan sandal jepit untuk memproteksi kaki dari, misalnya batu ketika kita tersandung atau gesekan dengan aspal ketika jatuh dari sepeda juga sangat minim. Ketika kaki sudah terluka, luka itu pun jadi lebih mudah terpapar bakteri yang menyebabkan infeksi.
Bukan berarti kita sama sekali tidak boleh pakai sandal jepit. Namun, jika memungkinkan, pilih sandal jepit dari sol yang berbahan lebih tebal dan lebih ergonomis. Selain itu, pakailah hanya dalam durasi yang singkat.
