Bembi si beruang madu baru saja pindah rumah. Tadinya ia tinggal di bagian barat hutan yang ada di Bengkulu. Sekarang, Bembi berpindah ke bagian timur hutan.
Namun, Bembi sedih. Banyak binatang di bagian hutan ini tidak mau berteman dengannya.
“Tubuhmu besar sekali,” ujar Momon si monyet. “Aku takut.”
“Aku lebih takut lagi. Pasti aku akan terinjak kalau dekat denganmu,” sahut Kiko Kelinci.
“Aku paling takut dimakan olehnya. Lihatlah, moncongnya besar sekali,” sambung Iyam si ayam hutan.
“Dia tidak akan memakanmu,” Momon tertawa.
“Dia hanya makan serangga, burung, atau binatang kecil lainnya. Tapi lebih sering memakan buah,” jelas Kiko.
“Tetap saja aku takut padanya,” kilah Iyam.
Mendengar itu, Bembi jadi sedih. Padahal, ia ingin sekali berteman dengan mereka semua. Bembi adalah beruang yang bersahabat. Namun, sepertinya tidak ada yang percaya.
Siang ini Bembi hanya berjalan-jalan sendirian. Ia berkeliling hutan di sekitar tempat tinggalnya.
“Eh, itu kan teman-teman,” ujar Bembi riang.
Rupanya Momon, Kiko, dan Iyam sedang berkumpul. Mereka berdiri di dekat sebuah pohon yang cukup besar.
“Eh, tapi… apa itu?” Bembi melihat sesuatu bergerak-gerak di dekat Iyam.”Wah, itu kan ular!”
“Iyam, awas! Menyingkir!” teriak Bembi sambil berlari menuju teman-temannya.
Iyam yang terkejut pun segera berlari dengan bingung. Momon dan Kiko hanya bisa berdiam diri sambil memandangi Bembi yang melaju ke arah mereka.
Sampai di dekat teman-temannya, Bembi langsung menangkap ular yang bergelantungan di pohon tadi. Dengan berani, Bembi melemparkan ular itu sekuat tenaga.
“Pergi jauh-jauh, ya,” seru Bembi ke arah ia melemparkan ular tadi. “Jangan kembali lagi. Jangan ganggu teman-temanku!”
“Wah, aku kaget sekali,” ujar Kiko kemudian. “Ternyata ada ular.”
“Benar,” sahut Momon.
Iyam yang sejak tadi terkejut sekaligus kagum dengan aksi Bembi, kesulitan bicara. Setelah mengatur napasnya yang tersengal-sengal, Iyam pun bisa bersuara.
“Kamu berani sekali tadi, Bembi,” ucap Iyam. “Ternyata kamu baik. Kamu mau menolongku, padahal selama ini aku selalu berprasangka tidak baik padamu.”
“Kita sesama makhluk Tuhan memang sudah seharusnya saling menolong,” ujar Bembi.
“Terima kasih, Bembi. Tanpamu mungkin aku sudah digigit ular tadi,” kata Iyam lagi.
“Maafkan kami kalau selama ini kami kasar padamu,” sambung Momon.
“Tidak apa-apa, teman-teman. Yang penting sekarang kalian mau kan berteman denganku?” tanya Bembi.
Momon, Kiko dan Iyam mengangguk serempak. Sejak saat itu, keempat binatang tersebut bersahabat baik. Sebagai sahabat, mereka selalu pergi bersama dan saling tolong menolong saat ada yang kesulitan. Bembi senang, karena kini ia tidak akan kesepian lagi. *