Rangka akrilik berbentuk telapak tangan itu berdiri dengan posisi menengadah di atas meja. Ketika tuas pada modul pengendalinya digeser, ruas-ruas jari pada telapak tangan itu menekuk ke depan. Persis seperti gerak sendi-sendi pada telapak tangan sungguhan.
Hand Robot, nama robot itu, adalah robot buatan Saft7robotics yang difungsikan untuk kepentingan edukasi. Dengan robot ini, orang yang tertarik di bidang robotik, terutama para siswa dan mahasiswa, bisa mempelajari cara membuat robot, mulai dari fungsi dasar komponen sampai pemrogramannya.
Selain membuat robot edukasi, Saft7robotics yang berdiri pada 2015 ini juga membuat robot manasuka (customized) berdasarkan pesanan.
Saftari, pendiri dan CEO Saft7robotics, menjelaskan bahwa selama ini ia menangkap, proses belajar siswa atau mahasiswa di bidang robotik kerap terkendala biaya atau komponen yang terbatas.
Orang harus membeli komponen yang terpisah-pisah untuk merakit robot, setelah itu mencari sendiri lagi coding dan perangkat lunak untuk pemrogramannya.
“Akibatnya, mereka terhambat untuk belajar hal yang lebih advance. Sebagian besar lomba robotik di Indonesia menampilkan line follower, robot yang sederhana dan kecil-kecil. Jadi, tidak memecahkan persoalan yang lebih besar lagi. Dari situ saya terpikir untuk membuat robot yang advance tetapi harganya murah, agar mereka bisa belajar hal yang lebih kompleks dengan biaya yang lebih terjangkau,” tutur Saftari.
Permudah siswa
Melihat persoalan dunia pendidikan di bidang robotik, Saft7robotics saat ini mengembangkan dua jenis robot edukasi, Hand Robot dan Arm Robot. Arm Robot berbentuk lengan dengan mekanik gerak seperti lengan pula, prinsip yang banyak ditemui pada robot industri.
Saftari menjelaskan beberapa komponen inti pada Hand Robot. Mekaniknya menggunakan 5 DOF (degrees of freedom) untuk membuat jari-jari bergerak.
Sementara gerakannya dikendalikan control shield yang memiliki 5 potensiometer untuk mengontrol gerakan setiap jari. Pemrograman robot ini menggunakan microcontroller Arduino Nano. Hand Robot juga dilengkapi dengan bluetooth untuk dihubungkan ke perangkat lain.
“Dengan robot ini, siswa dapat mempelajari beberapa tahapan. Pertama, merakit atau membaca bahasa gambar. Setelah robotnya jadi, mereka mempelajari cara kerjanya lewat microcontroller-nya. Lebih advance lagi, mereka belajar tentang mekanik gerakannya kemudian mempelajari kodingnya. Dari situ, mereka bisa memodifikasi atau menambah sensor. Robot ini juga sudah ada bluetooth-nya sehingga bisa dikontrol lewat telepon genggam. Bisa juga robotnya dipasangi modul IoT (internet of things) sehingga dapat dikontrol dari kota atau negara lain,” tutur Saftari.
Tantangan soal harga robot edukasi yang biasanya cukup tinggi disiasati Saft7robotics dari sisi bahan bakunya. Biasanya, robot-robot edukasi seperti ini menggunakan material metal, tetapi Saft7robotics memakai akrilik.
Harga produksi pun dapat ditekan, yang berimbas pada harga jual yang lebih terjangkau. Sampai saat ini, ada sekitar 300 Arm Robot yang sudah diproduksi, sementara itu Hand Robot baru akan dipasarkan.
Kualitas robot edukasi buatan Saft7robotics tidak hanya mendapat pengakuan dari dalam negeri. Hand Robot sudah dipamerkan juga di ajang South by Southwest (SXSW) di Austin, Texas, Amerika Serikat pada Maret lalu dan mendapat banyak apresiasi.
Di ajang tersebut, selain berpameran, Saft7robotics sekaligus menakar standar dan memvalidasi harga pasar untuk robot buatan mereka tersebut.
Di samping membuat robot edukasi, Saft7robotics juga mengerjakan proyek-proyek menantang ketika mendapat pesanan robot manasuka.
Perusahaan ini pernah memproduksi misalnya VR Motion Simulator untuk Intel Indonesia, Head Animatronic yang dipamerkan pada Google Hackfair 2015, Giant Animatronic Eyes Robot untuk Bekraf Habibie Festival 2017, dan Interactive Proximity Wall pada Java Jazz Festival 2017. [NOV]
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 18 Mei 2018