SUMMARY
Berkisah seorang ayah menceritakan kisah terhebat yang pernah diceritakan kepada putranya, dan apa yang awalnya merupakan kisah pengantar tidur berubah menjadi perjalanan yang mengubah hidup.Â
Jenis Film | Animasi |
Produser | Dennis Cho, Seong-Ho Jang |
Sutradara | Seong-Ho Jang |
Skenario | Seong-ho Jang, Rob Edwards, Jamie Thomason, Hoseok Sung |
Pemeran | Oscar Isaac, Pierce Brosnan, Kenneth Branagh, Uma Thurman, Roman Griffin Davis, Mark Hamill, Ben Kingsley, Forest Whitake |
Rilisan | Angel Studios |
- 18 April 2025
- 101 Menit
- SU

Setelah dinanti-nantikan oleh para pecinta film religi dan sejarah, The King of Kings (2025) akhirnya tayang di layar lebar. Disutradarai oleh pembuat film visioner yang tak asing di genre epik spiritual, film ini membawa penonton kembali ke masa kehidupan Yesus Kristus, dengan pendekatan sinematik yang megah sekaligus menyentuh hati
Melalui imajinasi yang hidup, anak laki-laki itu berjalan di samping Yesus, menyaksikan mukjizat-mukjizat-Nya, menghadapi cobaan-Nya, dan memahami pengorbanan-Nya yang terakhir. Raja segala raja mengundang kita untuk menemukan kembali kekuatan harapan, cinta, dan penebusan yang abadi melalui mata seorang anak.
Dari detik pertama, film ini berhasil memukau lewat visual yang megah. Setiap lanskap padang gurun, kota suci, hingga suasana di tengah rakyat jelata digarap dengan sinematografi yang elegan dan penuh emosi. Tata artistik yang detail serta pencahayaan yang dramatis membuat kisah klasik ini terasa hidup dan modern, namun tetap menghormati nilai-nilai spiritualnya.
Tokoh Yesus diperankan dengan penuh kedalaman oleh aktor muda berbakat, yang berhasil memadukan kelembutan, karisma, dan kekuatan batin seorang tokoh besar yang mengubah dunia. Karakter pendukung seperti Maria, Petrus, dan Pontius Pilatus pun tampil dengan lapisan emosional yang kuat, membuat setiap adegan terasa personal dan menggugah.
Naskah yang reflektif dan relevan

Naskah film ini ditulis dengan hati-hati, menyederhanakan narasi Injil ke dalam alur yang mudah dipahami tanpa kehilangan makna. Film ini dimulai dengan kelahiran Yesus dalam suasana malam yang magis, lalu bergerak cepat ke masa dewasa, menyusuri perjalanan-Nya mengajar, menyembuhkan, dan akhirnya menjalani pengorbanan terbesar.
Dialog antar karakter dibuat bersahabat, namun sarat pesan. Banyak momen tenang, di mana animasi dan narasi bekerja sama untuk menyampaikan kekuatan spiritual tanpa harus berbicara banyak.
Yang membuat film ini istimewa adalah bagaimana ia berhasil membawa pesan-pesan besar dalam cara yang sederhana dan menyentuh, cocok untuk semua usia.

Alih-alih sekadar menampilkan kisah Yesus dari lahir hingga disalibkan, The King of Kings menyuguhkan pendekatan yang lebih reflektif. Dialog-dialognya disusun dengan puitis dan bermakna, mengajak penonton untuk merenung tanpa terkesan menggurui. Film ini tidak hanya bercerita, tetapi juga mengundang diskusi batin tentang kasih, pengampunan, dan kekuatan iman dalam menghadapi kegelapan.
Meski berdasarkan kisah Injil yang telah sering diadaptasi, film ini memberi nuansa baru yang terasa lebih manusiawi dan kontemporer, sehingga dapat menjangkau generasi penonton yang lebih muda tanpa kehilangan esensi klasiknya.
The King of Kings (2025) bukan hanya sebuah film religi, melainkan sebuah pengalaman spiritual yang kuat. Film ini menyatukan kekuatan narasi, visual, dan musikalitas untuk membentuk perjalanan emosional yang sulit dilupakan. Cocok untuk ditonton bersama keluarga atau komunitas, film ini akan meninggalkan kesan mendalam—tidak hanya di hati, tetapi juga di jiwa.
Review overview
Summary
7