Cinta bersemi di mana saja dengan cara tak terduga. Dua orang patah hati menyembuhkan diri dan menemukan kembali cintanya jauh di negeri orang. Di antara bangunan-bangunan kota berjuluk “Apel Besar”, cinta tumbuh dari percakapan dua hati yang jujur.

Raia (Putri Marino) adalah pengarang sukses yang mendapati dirinya diselingkuhi saat mencapai titik penting kariernya. Hal itu membuatnya mengalami “writer’s block”, kehilangan kemampuan menulis. Ia pun terbang ke New York, AS, untuk menyembuhkan diri dan berusaha menulis kembali.

Baca juga: Gelora Musim Panas dari New York

Pada suatu kesempatan, ia bertemu dengan River (Nicholas Saputra), seorang arsitek. Mereka melewatkan waktu berdua sambil menyusuri gedung-gedung unik dan ikonis di kota legendaris metropolitan itu. Dari berbagai obrolan inspiratif tersebut, ketertarikan pun timbul di antara keduanya. Namun, masa lalu bisa menjadi hantu yang melukai. Bagaimana kelanjutan hubungan mereka?

new york

Dialog berlatar kota

Film ini diangkat dari novel bertajuk serupa karya Ika Natassa. Sebagai novel yang sukses, sudah pasti kisah The Architecture of Love kuat dan mengena. Mengubahnya menjadi film menjadi tantangan tersendiri yang tak selalu mulus. Penggemar novel cenderung akan membandingkan antara film dan bukunya.

Terlepas dari novel, film ini sukses membius penonton. Kisahnya yang walau mungkin bisa ditebak, tetap memikat untuk dinikmati. Penulis skenario Alim Sudio dengan jeli menjalin cerita dari dialog-dialog para karakter.

Yang menarik, dialog-dialog tersebut terjadi di berbagai tempat di New York. Mulai dari taman kota, kafe kecil, stasiun bawah tanah, di depan gedung-gedung ikonis, atau di dalam apartemen. Suasana khas lingkungan perumahan New York mengingatkan antara lain film You’ve Got Mail (1998), membawa penonton pada tamasya unik yang menyenangkan.

Baca juga: Ghostbuster: Frozen Empire, Si Pemburu Hantu Beraksi Kembali

Lebih dari sekadar kisah drama percintaan, The Architecture of Love seperti perjalanan visual ke kota New York. Ini menjadi faktor penguat yang membuat cerita ini menjadi lebih hidup.

New York mungkin termasuk salah satu kota yang amat sering dijadikan setting cerita. Itulah yang coba dikejar Raia dengan mengamati orang dan bangunan serta merasakan suasana kota. Namun, River sang arsitek bisa memberikan sudut pandang lain yang membuatnya bisa melihat sercara berbeda.

new york

Kisah percintaan Raia dan River bukanlah kisah remaja yang bermain-main tentang “cinta di permukaan”. Sebagai orang dewasa muda, konflik dan problematika mereka lebih dalam tapi bisa disikapi dengan lebih matang. Jadi, film ini tidak berurusan dengan rasa cemburu atau ingin menang sendiri. Tetapi, bagaimana jujur dengan diri sendiri dan mencari yang terbaik untuk langkah ke depan.

Putri Marino dan Nicholas Saputra dengan gemilang menghadirkan karakter yang diperankan. Raia adalah sosok yang dewasa, berpikiran positif, realistis, tapi bisa juga merasa capek dengan situasi sulit yang dihadapi. Sementara itu, River adalah sosok yang komit, yang bergumul dengan masa lalu, dan berusaha keras untuk bisa melangkah ke depan—walau masih tersaruk-saruk.

Di luar itu, masih ada sejumlah karakter menarik lain yang berperan penting. Misalnya, Erin (Jihane Almira), karib Raia yang kerap gonta-ganti pasangan. Sebagai teman tempat saling curhat, mereka toh tetap belajar untuk lebih mengenal lagi karakter masing-masing. Lalu ada Aga (Jerome Kurnia), adik River yang oleh Erin hendak dijodohkan dengan Raia. Tak ketinggalan Diaz (Omar Umbara), gebetan Erin yang tak terduga.

Meski dialog mengalir lancar, ada beberapa bagian yang jadi terasa bertele-tele dan cenderung membosankan. Namun, secara umum, The Architecture of Love menjadi tontonan yang memikat. Bagi penggemar novelnya, sudah pasti wajib tonton. Bagi penggemar kisah romantis, ini akan menjadi pilihan yang mengesankan.

Jenis Film:
Drama

Produser:
Chand Parwez Servia, Riza

Sutradara:
Teddy Soeriaatmadja

Skenario:
Alim Sudio, Ika Natassa

Pemeran:
Putri Marino, Nicholas Saputra, Jerome Kurnia, Jihane Almira, Omar Daniel, Refal Hady, Agla Artalidia, Arifin Putra, Lydia Kandou, Willem Bevers, Jeremie J Tobing, Imelda Therinne

Durasi:
110 Menit

Rilisan:
Indonesia

Tayang perdana:
30 April 2024

Review overview

Overall8

Summary

8Kisah tentang dua orang yang patah hati dan mencoba bangkit kembali. Mereka menemukan kembali cintanya di kota dunia.