SUMMARY
Ketika semua orang menyalahkan Ita akibat melanggar mitos, Maya tidak percaya. Apakah cuma karena hal itu sahabatnya harus menanggung akibat yang sangat mengenaskan? Ataukah ada hal lain yang Ita telah perbuat hingga ia harus menanggung siksa dan teror sedemikian kejamnya?
Jenis Film | Horor |
Produser | Chand Parwez |
Sutradara | Azhar Kinoi Lubis |
Skenario | Upi Avianto |
Pemeran | Arla Ailani, Adzana Ashel |
Rilisan | Starvisionplus |
- 6 Februari 2025
- 98 Menit
- 13+
Petaka Gunung Gede adalah film horor Indonesia yang diangkat dari kisah nyata pengalaman Maya Azka saat mendaki Gunung Gede pada tahun 2007.
Film ini mengikuti Maya (Arla Ailani) dan Ita (Adzana Ashel), dua sahabat yang telah lama berteman sejak SMA. Mereka memutuskan untuk mendaki Gunung Gede bersama Indra (Raihan Khan), kakak Maya, serta beberapa teman lainnya.
Awalnya, perjalanan ini dimaksudkan sebagai pengalaman menyenangkan untuk menikmati keindahan alam. Namun, seiring perjalanan, mereka mulai mengalami kejadian-kejadian aneh yang sulit dijelaskan.
Ita tiba-tiba mengalami gangguan supranatural, sementara rombongan mereka dihantui suara-suara misterius dan penampakan makhluk tak kasat mata.
Dugaan awal tertuju pada Ita, yang diduga telah melanggar pantangan mendaki gunung saat menstruasi—sebuah mitos yang masih dipercaya oleh banyak pendaki. Namun, semakin dalam mereka menyelidiki, semakin jelas bahwa ada rahasia lain yang lebih gelap dan mengerikan di balik teror yang mereka alami.
Atmosfer yang mencekam
Salah satu kekuatan utama film ini adalah penampilan para aktornya. Arla Ailani sukses memerankan Maya, seorang wanita muda yang harus menghadapi ketakutan terbesar dalam hidupnya. Adzana Ashel juga memberikan performa luar biasa sebagai Ita, dengan ekspresi ketakutan yang begitu nyata hingga membuat penonton ikut merasakan terornya.
Selain itu, aktor pendukung seperti Endy Arfian, Jeremie Moeremans, dan M Iqbal Sulaiman berhasil membangun dinamika grup yang terasa alami. Interaksi mereka sebagai sekelompok sahabat yang terjebak dalam situasi mengerikan terasa begitu autentik dan emosional.
Dengan latar belakang Gunung Gede, film ini berhasil memanfaatkan keindahan alam yang kontras dengan kengerian yang mengintai. Sinematografi yang apik menangkap lanskap gunung yang megah sekaligus menciptakan suasana yang gelap dan penuh misteri.
Efek suara dan scoring musik juga dimainkan dengan sangat efektif untuk meningkatkan ketegangan, terutama dalam adegan-adegan jumpscare yang tak terduga.
Pemandangan padang savana dengan bunga edelweis ditampilkan begitu indah, tetapi dalam sekejap berubah menjadi latar yang penuh ancaman. Ini menciptakan pengalaman menonton yang mendebarkan sekaligus menghanyutkan.
Yang membedakan Petaka Gunung Gede dari film horor lainnya adalah caranya mengangkat mitos dan kepercayaan masyarakat tentang gunung. Film ini tidak hanya menampilkan teror supranatural, tetapi juga menyentuh konflik antara sains dan kepercayaan tradisional.
Tema persahabatan dan rasa bersalah juga menjadi inti cerita. Seiring berjalannya film, kita melihat bagaimana hubungan Maya dan Ita diuji oleh ketakutan dan tekanan situasi yang ekstrem. Ini memberikan kedalaman emosional yang jarang ditemukan dalam film horor biasa.
Dengan cerita yang kuat, akting yang solid, serta sinematografi yang memukau, Petaka Gunung Gede berhasil menghadirkan horor yang lebih dari sekadar teror fisik. Film ini adalah perpaduan sempurna antara ketegangan, mitologi lokal, dan drama emosional yang membuatnya menonjol di antara film horor Indonesia lainnya.
Bagi para pencinta horor yang ingin mengalami ketegangan mendaki di layar lebar, film ini adalah pilihan yang wajib ditonton. Tidak hanya akan membuat jantung berdebar kencang, tetapi juga meninggalkan pertanyaan mendalam tentang misteri yang tersembunyi di alam liar Indonesia.
Review overview
Summary
8