SUMMARY
Saat ancaman kuno membahayakan bangsa Viking di pulau Berk, persahabatan antara Hiccup (Mason Thames), seorang Viking yang pandai berinovasi, dan Toothless, seekor naga Night Fury, menjadi kunci bagi kedua spesies untuk membuat masa depan baru bersama.
Jenis Film | Adventure |
Produser | Dean DeBlois, Adam Siegel, Marc E Platt |
Sutradara | Dean Deblois |
Skenario | Dean DeBlois |
Pemeran | Nico Parker, Mason Thames |
Rilisan | DreamWorks |
- 12 Juni 2025
- 125 Menit
- 13+
Dean DeBlois — kreator trilogi animasi — kembali menyutradarai versi live‑action. Ia kembali mengarahkan versi live-action ini serta menulis naskahnya.
Disokong sinematografi oleh Bill Pope dan musik ikonis dari John Powell, film ini punya fondasi yang kuat secara teknis dan emosional.
Cerita tetap setia pada alur klasik—Hiccup (Mason Thames), anak kepala desa Berk, bertemu dengan Night Fury bernama Toothless setelah menembaknya dalam latihan, lalu memilih untuk menyelamatkannya.
Persahabatan tak terduga itu mengubah kultur pemburu naga di desanya. DeBlois menghadirkan dunia yang lebih grounded dan believable serta memperdalam karakter dan mitologi
Tampak realistis dengan aura magis
Dalam How to Train Your Dragon, Mason Thames menyajikan sosok Hiccup yang percaya diri dan penuh empati, membangkitkan kompleksitas karakter secara alami.
Ia didampingi oleh Nico Parker sebagai Astrid, Gerard Butler yang kembali sebagai Stoick, dan Nick Frost sebagai Gobber—semuanya membantu menjaga keseimbangan emosional dan humor dalam cerita.
Salah satu kekuatan utama film ini adalah kualitas CGI—terutama pada Toothless—yang digambarkan sangat hidup dan mempesona. Sekuen terbang di udara, dibantu sinematografi Bill Pope, memberikan sensasi “takjub dan vertigo”.
Meski diawal terasa lambat karena panjangnya eksposisi, film ini segera memikat begitu persahabatan Hiccup dan Toothless terbentuk. Kedalaman emosionalnya dijaga dengan baik, walau sebagian adegan dijelaskan mirip dengan film aslinya.
How to Train Your Dragon (2025) berhasil memenuhi ekspektasi fans lama dan menarik hati penonton baru. Dengan visual memukau, akting mengena, dan penggarapan emosional yang matang, film ini sangat layak dinikmati di layar besar—terutama IMAX. Dan akan lebih terasa nikmat dan “nyata” jika ditonton di bioskop 4DX.
Walaupun terasa terlalu setia di beberapa aspek, keberanian DeBlois untuk memberikan kedalaman baru menjadikannya adaptasi yang berdiri sendiri. Jika kamu mencari film petualangan emosional yang menegaskan nilai persahabatan, How to Train Your Dragon adalah opsi yang tepat.
Review overview
Summary
9