Inovasi digital membawa perubahan dalam ranah bisnis, seperti bidang pemasaran. Perusahaan pun mesti beradaptasi dan menunggangi peluang pada era ini. Buku Marketing 4.0: Moving from Traditional to Digital mengulas hal ini.
Sebelum era digital, pendekatan pemasaran berfokus pada produk (product-driven), lalu berubah ke pelanggan (customer-centric), hingga pada aspek kemanusiaan pelanggan (human-centric). Di era yang serba terkoneksi dengan jaringan, konsumen lebih mengandalkan apa yang disebut the F–factor, yakni friends, families, fans/followers (media sosial) ketimbang pesan marketing atau iklan dari perusahaan.
Relasi antara pemilik merek atau produk dan konsumen kini berubah dari vertikal menjadi horizontal atau setara. Proses pengambilan keputusan konsumen juga berubah dari individual menjadi sosial. Lingkaran jejaring sosial serta berbagai saran atau review, baik offline maupun online, banyak memengaruhi keputusan. Philip Kotler, Hermawan Kertajaya, dan Iwan Setiawan menawarkan gagasan dalam buku Marketing 4.0: Moving from Traditional to Digital (2017) agar merek atau perusahaan dapat lebih mulus beradaptasi di era digital.
Konsep pemasaran 4.0 mengurai perubahan perjalanan konsumen (customer path) dari awalnya 4A (aware, attitude, act, dan act again) menjadi 5A (aware, appeal, ask, act, dan advocate). Di sinilah letak pentingnya integrasi antara digital dan tradisional, offline maupun online.
Perubahan lain yang juga perlu dilakukan pemilik merek adalah dengan lebih menerapkan content marketing. Kita bisa mengamini pernyataan content is the new ad. Merek juga diharapkan dapat mengakomodasi aspek partisipasi konsumen dengan menerapkan konsep 4V (co-creation, currency, communal activation, dan conversation) untuk melengkapi konsep klasik 4P (product, price, place, promotion). Buku ini menawarkan panduan yang cukup lengkap untuk memulai atau memperbarui bisnis dengan mindset digital. (PTU/Litbang Kompas)