Kereta api punya sejarah panjang di negeri ini. Buku Kereta Api di Indonesia: Sejarah Lokomotif Uap, mengulas hal ini, dilengkapi dengan foto-foto dan beberapa sketsa sehingga pembacanya memiliki informasi yang utuh tentang perkembangan kereta di Indonesia.
Titik mula perkembangan perkeretaapian Indonesia ditandai dengan kehadiran lokomotif uap pada pertengahan abad ke-19. Pada masa itu, Hindia Belanda tak luput dari pengaruh revolusi industri. Lokomotif uap, sebagai pengembangan dari mesin uap, mampu meningkatkan produktivitas industri. Ia menjadi magnet bagi para imperialis untuk mengeruk tanah jajahannya, tak terkecuali Belanda terhadap Indonesia. Dalam buku Kereta Api di Indonesia: Sejarah Lokomotif Uap (Jogja Bangkit Publisher, 2017), kisah kedatangan “kuda besi” di Indonesia diceritakan.
Perkembangan kereta api, khususnya lokomotif uap, dimulai saat Nederlandsh-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), perusahaan kereta api swasta pertama di Hindia Belanda yang didirikan pada 1863, mendapat konsesi untuk membangun jalur dari Semarang menuju Yogyakarta. Dalam perintisan jalur awal itu, NIS mendatangkan lokomotif buatan pabrik Borsig-Jerman yang digunakan untuk mengangkut material jalan rel, sekaligus menjadi sarana berlatih bagi para calon masinis.
Pada kisaran 1866–1869, lokomotif uap banyak didatangkan dari berbagai pabrik lokomotif terkenal Eropa. Lokomotif-lokomotif itu digunakan untuk mengangkut komoditas seperti gula pasir yang diekspor ke Eropa serta melayani angkutan penumpang.
Selain sejarah kedatangan kereta api, buku ini juga menginvetarisasi berbagai armada lokomotif uap yang pernah beroperasi di Indonesia, termasuk informasi tentang maskapai dan kisah masinisnya. Penulis ingin mengingatkan akan peran penting lokomotif uap dalam perjalanan bangsa. (AEP/LITBANG KOMPAS)