Pada 1997, PT Astra International mengadakan kunjungan ke Jepang, tepatnya ke Toyota, guna menyepakati kenaikan proporsi kandungan lokal untuk produksi Toyota di Indonesia. Kala itu, kandungan lokal mobil Toyota yang dirakit di Indonesia masih berkisar 40-45 persen.
Setelah 17 tahun berlalu, Toyota memang terus menggenjot kandungan lokal untuk dipakai pada mobil-mobil produksinya. Hasilnya, Toyota All New Yaris dan Vios, sudah mencapai 60 persen dalam hal penggunaan kandungan lokal. Seperti dikutip dari Kompas.com, Toyota berusaha mengungkapkan kandungan lokal pada Yaris dan Vios hingga 90 persen pada 2017.
Hal itu dikatakan Executive General Manager External Affairs Division Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, saat gelaran test drive All New Yaris di Kuta, Bali, Kamis (24/4). Masih banyak yang harus dihentikan impornya dan mulai diproduksi secara lokal, sebut saja mesin, transmisi, ECU, dan wiring. Namun, kata Bob, mesin Innova dan Fortuner sudah bisa diproduksi lokal. “Pertimbangannya adalah soal volume,” ujarnya.
Sebenarnya, produsen mobil yang ada di Indonesia sudah tertarik untuk meningkatkan kandungan produksi lokal. Hanya saja, banyak halangan yang membuat hal tersebut sulit direalisasikan. Misalnya, Honda yang masih terikat kontrak dengan negara Asia lain untuk menyerap konten lokalnya sehingga Honda tidak bisa menyerap bahan baku dari satu negara secara dominan.
Hal itu diamini Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) pada 2011, seperti dikabarkan Kontan. Permasalahan yang masih menghadang adalah keterbatasan bahan baku. Misalnya, ingin menaikkan konten lokal berupa baja, tetapi baja produksi lokal pun masih belum cukup untuk menyuplai dan akhirnya harus impor. Toyota sendiri sudah cukup tinggi menggunakan kandungan lokal, sebut saja pada 2011, Innova sudah 75 persen dan Avanza sekitar 85 persen.
Jadi, lebih baik sekarang meningkatkan konten lokal dulu untuk bisa diserap para produsen mobil dari luar negeri ketimbang menambahkan masalah baru dengan membuat mobil nasional. Hal ini karena teknologi dan pengetahuan kita untuk membuat mobil nasional bisa dikatakan belum cukup siap. [*/VTO]
foto: Tommy Budi Utomo