Kita tahu bahwa polusi udara berdampak buruk untuk lingkungan dan tubuh kita. Beberapa dampaknya cukup spesifik, termasuk terhadap kesehatan ibu hamil dan anak.

Dampak buruk polusi udara mencakup antara lain risiko penyakit saluran pernapasan, kelelahan dan sakit kepala, kelelahan, gangguan kardiovaskular, kerusakan hati, dan sebagainya. Dalam jangka panjang, gangguan paru-paru kronis juga bisa terjadi karena polusi udara.

Penelitian soal pengaruh polusi udara masih terus dilakukan. Riset-riset ini juga mendapati polusi udara mempertinggi berbagai risiko terkait kesehatan ibu dan anak. Berikut beberapa di antaranya.

anak menggunakan masker

Keguguran

Riset yang dipublikasikan jurnal Fertility and Sterility di AS menyebutkan, polusi dapat meningkatkan risiko keguguran pada fase awal kehamilan sampai lebih dari 10 persen. Ini disimpulkan dari penelitian US National Institute of Child Health and Development lewat riset jangka panjang yang mempelajari data dari 501 pasangan sepanjang 2005 sampai 2009. Risiko keguguran itu meningkat karena ozon dan partikel berbahaya lain yang terhirup dari udara sekitar, meski ini bukan menjadi penyebab langsung.

Kelahiran prematur

kelahiran premature

Studi yang dilakukan The Stockholm Environmental Institute di University of York mendapati bahwa pada 2010 sekitar 2,7 juta kelahiran prematur di seluruh dunia atau sekitar 18 persen kemungkinan terkait dengan partikel yang dikenal dengan PM 2,5. PM adalah singkatan dari particulate matter (materi partikulat) dan 2,5 merujuk pada ukurannya yang 2,5 mikron atau lebih kecil daripada itu.

Karena ukurannya yang kecil itu, materi partikulat ini dapat dengan relatif mudah masuk ke aliran darah dan mempengaruhi fungsi tubuh. PM 2,5 biasanya berasal dari hasil pembakaran sampah, residu pembangkit listrik, atau emisi kendaraan diesel. PM 2,5 terutama berbahaya bagi paru-paru.

Autisme

Seorang anak berisiko dua kali lebih tinggi mengalami autisme jika ia lahir dari ibu yang terpapar materi partikulat level tinggi selama kehamilan, terutama pada trimester ketiga. Ini disimpulkan dari riset yang dilakukan The Harvard School of Public Health. Anak-anak yang tinggal di area dengan konsentrasi PM 2,5 yang tinggi juga lebih rentan mengalami autisme.

Dengan risiko-risiko yang mungkin muncul tersebut, kita mesti lebih berhati-hati. Tidak semua orang punya banyak pilihan untuk berhuni atau bekerja di kota yang ideal. Yang bisa dilakukan di level mikro antara lain menerapkan gaya hidup lebih ramah lingkungan dan mengenakan masker di tempat-tempat dengan polusi tinggi untuk meminimalisasi materi berbahaya yang bisa terhirup.