Cara menyebarkan kajian keislaman ke publik yang lebih luas dengan podcast juga ditempuh Irfan L Sarhindi, seorang ustaz muda yang merupakan generasi kelima Pondok Pesantren Darul Falah di Cianjur, Jawa Barat. Akhir Desember 2019, Irfan meluncurkan Podcastren, yang dibentuk sebagai akronim dari asal kata podcast dan pesantren.
Lewat saluran ini, Irfan menyajikan kajian keislaman yang kontekstual dan kontemporer. Kita bisa menemukan judul-judul kajian seperti “Apakah Virus Corona Itu Azab?”, “7 Alasan Kenapa #dirumahaja Itu Jihad”, “Tiga Cara Menghadapi Pandemi Corona”, “Bagaimana Menyikapi Bullying?”, atau “Benarkah Filsafat Bertentangan dengan Islam?”.
Irfan melihat saluran digital sebagai wahana yang potensial untuk membuka diskusi soal keagamaan. Apalagi, antusiasme anak-anak muda untuk belajar agama juga tinggi. Selain itu, Podcastren menjadi salah satu cara Irfan menjawab kegelisahannya tentang beberapa pandangan berbasiskan Islam yang dirasanya kurang mengakomodasi toleransi dan perbedaan pandangan.
“Belakangan, orang lebih banyak belajar soal agama dari media-media yang ada di internet. Tapi, materinya kebanyakan didominasi narasi-narasi Islam yang sifatnya tekstual sehingga kadang-kadang melahirkan penafsiran yang bisa dikatakan ultra konservatif, yang akhirnya jadi judgemental untuk orang yang punya pandangan berbeda dengan mereka. Ini membuat saya berpikir bahwa sepertinya saya juga harus punya media yang bisa jadi tempat untuk sharing tentang persoalan-persoalan Islam yang lebih kontekstual,” ujar pria yang juga aktif di gerakan Milenial Islami ini.
Perlunya berpikir kritis
Menunjukkan wajah Islam yang ramah dan toleran memang telah lama menjadi semacam dorongan bagi Irfan. Sebelum menggagas Podcastren, Irfan sudah kerap menulis esai tentang isu keislaman dan literasi yang tersebar di berbagai media cetak dan daring. Ia juga telah menulis 10 buku, yang tiga di antaranya membahas diskursus keislaman, yaitu Kun Fayakun, The Lost Story of Ka’bah, dan Mencintai Muhammad.
Pada 2010, Irfan, yang keluarganya turun-temurun mengelola pondok pesantren sejak 1894, membuat program bertajuk Salamul Falah. Ini adalah program pesantren kilat untuk anak-anak dengan usia 5–15 tahun, waktu yang krusial bagi anak untuk meletakkan fondasi-fondasi nilainya. Di sini, Irfan menggagas cara-cara belajar yang lebih kasual dan mendorong anak untuk bersikap toleran serta berpikir kritis.
“Setelah lama belajar soal Islam dan mengambil sekolah magister tentang filsafat pendidikan, saya jadi lebih matang soal bahwa pendidikan keislaman itu perlu critical thinking agar kita bisa sampai ke substansi Islam itu sendiri, tidak sekadar ritualistik. Ini juga dibutuhkan agar kita tidak gampang diradikalisasi atau terjebak hoaks-hoaks yang menggunakan isu-isu agama,” ujar Irfan.
Cara belajar di Salamul Falah pun menarik. Anak-anak mendalami nilai-nilai Islam dengan cara yang akrab bagi mereka, dengan bermain atau bernyanyi. Relasi antara pengajar atau fasilitator dengan anak pun dibuat secair mungkin sehingga anak tidak sungkan bertanya. Selain itu, diterapkan pula sistem kupon, medium untuk anak-anak agar bisa dengan leluasa mengajukan pertanyaan atau menyampaikan opini. Dengan kupon itu pula, anak-anak mengumpulkan poin. Pendekatan ini dipakai untuk melatih anak-anak agar berani bertanya.
“Di konteks lingkungan kami, sistem seperti ini penting karena di sini banyak anak-anak yang kurang punya kepercayaan diri untuk bertanya. Kalau bertanya, suka dianggap temannya nggak ngerti atau sok ingin kelihatan pintar,” tambah Irfan.
Sampai hari ini, Salamul Falah sudah meluluskan lebih dari 1.500 anak. Namun, tahun ini, program pesantren kilat Salamul Falah memang diistirahatkan karena pandemi Covid-19. Kini, Irfan dan tim Salamul Falah sedang menyiapkan video yang bisa digunakan sebagai materi ajar atau diunggah secara daring agar kelak bisa diakses lebih banyak orang.
Sementara itu, untuk Podcastren, Irfan sedang merancang dua modul materi yang lebih terstruktur, Shalat for Life yang membahas filosofi di balik shalat dan Islam is Me yang mengulas fondasi-fondasi Islam. Selain dalam bentuk audio digital, materi-materi ini akan dikemas dalam format buku dan modul ajar.