Untuk apakah Anda bersusah payah bekerja? Untuk kaya atau untuk sejahtera?

Anda pasti mengira kalau kaya dan sejahtera itu sama. Anda tidak sendirian kalau punya pendapat demikian.

Orang yang kaya belum tentu sejahtera. Bisa saja orang yang selama ini kita lihat bergelimang harta dan kaya sebenarnya memiliki utang yang lebih besar daripada kekayaannya. Lalu, bagaimana dengan sejahtera? Kata “sejahtera” lebih luas maknanya daripada “kaya”. Di dalam kesejahteraan, ada sebuah kebahagiaan dan ketenteraman.

Kesejahteraan pada hakikatnya merupakan kondisi saat seseorang bisa memenuhi kebutuhannya, secara relatif, baik itu primer, sekunder, maupun tersier. Disebut relatif karena setiap orang memiliki ukuran kesejahteraannya sendiri-sendiri. Ada yang merasa sejahtera saat sudah bisa makan teratur, punya rumah sederhana, dan menyekolahkan anak. Namun, ada juga yang merasa sejahtera saat sudah punya rumah dan mobil serta jalan-jalan ke luar negeri.

Ahli perencanaan keuangan Eko Endarto menyebutkan, di Indonesia, banyak terjadi miskonsepsi akan definisi kaya. Hal ini membuat banyak orang lebih memilih menjadi kaya, bukan menjadi sejahtera. Sebab, banyak orang mengira kaya sudah berarti sejahtera. Menurut Eko, miskonsepsi itu terjadi karena ukurannya hanya berdasarkan dari besarnya uang dan banyaknya aset yang dimiliki.

“Padahal, ukuran seseorang yang sejahtera itu bukan melulu berdasarkan penghasilan yang diterima dan aset yang dimiliki. Itu merupakan konsep yang kuno. Konsep sejahtera di dunia modern saat ini adalah tidak sekadar aset yang dimiliki, tetapi aset itu bisa produktif atau dalam arti lain bekerja untuk dirinya sendiri alias menghasilkan keuntungan,” ujarnya.

Miskonsepsi yang masih dipelihara oleh sebagian besar orang ini membuat mereka berlomba untuk mengumpulkan uang. Hasilnya, banyak orang yang merasa kaya di usia muda, tetapi gelisah di usia tua. Sebabnya, mereka tidak lagi memiliki penghasilan pada usia pensiun. Mereka menjadi gelisah karena tidak lagi bisa hidup normal dan menikmati hidup. Beberapa orang ada yang terlilit utang, beberapa lainnya terpaksa hidup bergantung dengan tabungan yang terus tergerus oleh inflasi.

“Kesalahan yang sering terjadi adalah saat orang itu muda, dia malas untuk menempatkan dananya di investasi. Kebanyakan dari mereka yang muda selalu menunda. Mereka memilih untuk menikmati hasil jerih payahnya untuk hal-hal konsumsi. Padahal, investasi saat muda membuat masa depan mereka terjamin,” ujarnya.

Kesalahan karena menunda

Anak-anak muda sekarang kerap kali merasa hidupnya sudah cukup mapan. Mereka tidak percaya dengan asuransi, mereka tidak percaya dengan investasi. Beberapa dari mereka merasa lebih tertarik berinvestasi di properti. Namun, apa daya uang belum ada. Jadi, mereka menunda dengan cara mengumpulkan uangnya agar bisa berinvestasi di produk yang mereka inginkan.

Akhirnya, mereka lebih memilih untuk mengalokasikan uangnya ke dana wisata. Tidak salah memang untuk wisata, tetapi sebaiknya tetap mengalokasikan sebagian pendapatan untuk masa depan. Manakah yang Anda pilih? Senang saat muda atau susah saat tua nanti?

Beberapa orang mengaku sudah berinvestasi di produk reksadana atau saham. Namun, mereka mengaku uangnya tidak tumbuh atau hanya tumbuh kecil sekali. Inilah korban miskonsepsi selanjutnya. Mereka selalu mengukur dengan hasil yang bisa diterima. Padahal, layaknya sebuah karier, Anda membutuhkan waktu untuk bisa menapaki jabatan yang tinggi. Sama seperti investasi. Oleh karena itu, sebaiknya Anda mulai berpikir bahwa investasi itu untuk program jangka panjang.

Lalu, bagaimana untuk bisa mewujudkan kesejahteraan, tidak sekadar kaya? Lalu, “kendaraan” apakah yang tepat untuk mencapai kesejahteraan pada masa mendatang atau masa pensiun nanti? Semua itu bisa ditemukan di Inspiratorial Perencanaan Keuangan yang akan terbit besok, Selasa (18/10) di Kompas. Di Inspiratorial Perencanaan Keuangan, ahli perencanaan keuangan Eko Endarto akan berbicara lebih jauh mengenai apa saja yang bisa dilakukan untuk bisa mencapai kesejahteraan. Jadi, jangan lupa untuk membacanya besok. [VTO]

foto: shutterstock

noted: pilih mana kaya atau sejahtera