“Di antara kita bertiga, siapa yang terhebat, ya?” Orang Utan membuka percakapan.
Burung Enggang berseru, “Tentu, aku! Aku memiliki sayap untuk terbang.”
“Bukan kamu, melainkan aku!” sahut Pesut tak mau kalah. “Aku pandai berenang dan menyelam.”
“Tunggu, tunggu…,” Orang Utan menyela. Ia memungut sehelai daun kering lalu menghanyutkannya ke sungai. “Hanya aku yang punya tangan. Kalian tidak. Berarti aku yang terhebat.”
Burung Enggang lalu berkata, “Kita berlomba saja. Kita buktikan siapa yang terhebat.”
Pesut dan Orang Utan setuju. Mereka merundingkan lomba apa yang hendak mereka lakukan. Burung Enggang mengusulkan lomba mencapai puncak pohon. Pesut mengusulkan lomba menyeberangi sungai. Sementara itu, Orang Utan mengusulkan lomba mengupas kelapa.
“Jadi, lomba apa yang kita pilih?” tanya Orang Utan.
“Lakukan saja semua,” jawab Pesut dan Burung Enggang berbarengan.
Akhirnya, mereka sepakat melakukan ketiga lomba tersebut.
Pertama, lomba mencapai puncak pohon. Di tepi sungai terdapat sebatang pohon meranti jangkung. Pucuknya menjulang tinggi.
Setelah hitungan ketiga, Pesut keluar dari sungai. Namun, ia tak mampu memanjat pohon karena tubuhnya licin. Sementara itu, Orang Utan berusaha memanjat pohon secepat mungkin. Namun, ia tak mampu menandingi kecepatan Burung Enggang. Dengan sayapnya yang lebar, Burung Enggang terbang di udara, tak lama kemudian ia sudah bertengger di puncak meranti. Burung Enggang menjadi juara lomba yang pertama!
Lomba kedua adalah lomba menyeberangi sungai. Baru saja Burung Enggang mencelupkan kaki ke air, buru-buru ia menariknya kembali karena ia tak pandai berenang. Demikian pula dengan Orang Utan. Ia takut tenggelam. Akhirnya, Pesutlah yang menjadi juara di lomba kedua!
Lomba terakhir adalah lomba mengupas kulit kelapa. Burung Enggang dan Pesut sempat berusaha. Namun, mereka akhirnya menyerah. Tak sanggup mengupas kulit kelapa. Sementara itu Orang Utan dengan menggunakan gigi dan tangannya sangat mudah untuk mengupas kulit kelapa. Pada lomba ketiga ini, Orang Utan adalah pemenangnya!
Setelah lomba selesai, Orang Utan berkata, “Kita seimbang. Masing-masing memenangkan satu lomba. Jadi, tidak ada yang paling hebat.”
“Benar,” jawab Burung Enggang.
Pesut ikut menimpali, “Kita memiliki kelebihan masing-masing. Kelebihan itu tak seharusnya membuat kita jadi jemawa.”
Pesut, Orang Utan, dan Burung Enggang akhirnya menyadari kekeliruan mereka. *
Penulis: Siti Nurlaela
Pendongeng: Paman Gery (IG: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita