Ke mana rencana tempat berlibur Anda masa liburan mendatang? Bulan Juni–Juli adalah musim berlibur keluarga yang tahun ini bersamaan dengan libur Lebaran di minggu ketiga bulan Juli. Mendengar kata liburan, orientasi masyarakat perkotaan biasanya tertuju kepada suatu tempat yang ada di luar kota. Kenalkan, salah satu alternatif wisata tahun ini, Taman Nasional Baluran!
Taman Nasional Baluran adalah salah satu taman nasional tertua di Indonesia. Taman nasional ini dikenal mempunyai ekosistem yang unik serta vegetasi spesifik, di antaranya bermacam spesies hewan endemik dan padang sabana sebagaimana terdapat di Afrika. Keberadaan padang sabana tentu istimewa bagi daerah seperti Indonesia yang umumnya mempunyai intensitas curah hujan tinggi.
Terletak di wilayah Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, nama taman nasional ini berasal dari nama Gunung Baluran yang juga berada di daerah ini. Ekosistem Taman Nasional Baluran terdiri dari vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa, dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Meski beragam, vegetasi sabana mendominasi 40 persen total luas lahan.
Pencinta wisata alam liar rasanya wajib mengunjungi taman nasional ini karena ada penangkaran burung merak, kawasan rusa, monyet, dan hewan liar lain. Ada satwa yang istimewa dimiliki Taman Nasional Baluran ini yang tak ada di tempat lain yakni banteng (Bos javanicus), rusa timor (Cervus timorensis), dan kerbau liar (Bubalus bubalis). Selain itu, banyak vegetasi flora yang khas Baluran, di antaranya widoro bukol (Ziziphus rotundifolia), mimba (Azadiracht indica), dan pilang (Acacia leucophloea). Ketiga tanaman itu istimewa karena mampu beradaptasi dengan alam yang sangat kering.
Taman Nasional Baluran juga memiliki wisata laut pada sisi pesisirnya, yang sebagian di antaranya berkualitas layak menyelam (diving). Pantai Bama, Kajang, Bilik, Simacan, Lempuyang dan Air Karang menyimpan terumbu karang yang beraneka ragam. Kondisi alam yang relatif terisolasi menjadikan pantai-pantai itu masih bersih bahkan sangat bersih.
Sayangnya, sabana Baluran kini makin terancam ekspansi akasia. Hal ini berawal dari sekitar akhir 1960-an saat sabana dan hutan di kawasan baluran sering terbakar. Pihak Taman Nasional Baluran kemudian berinisiatif menanami tanaman akasia duri yang berfungsi sebagai semacam “sekat bakar†untuk mencegah api menjalar. Tanaman ini yang semula efektif mencegah, kini menjadi gulma yang invasif termasuk kepada vegetasi sabana.
Sabana yang semula 10.000 hektare hanya tersisa menjadi 3.000 hektare. Penyusutan luas sabana ternyata juga merugikan kehidupan satwa yang menggantungkan diri kepadanya. Berdasarkan sensus satwa Taman Nasional Baluran pada 1996, populasi banteng Jawa masih mencapai 338 ekor. Pada 2012, jumlahnya tercatat tinggal 26 ekor. Praktis, saat ini, banteng jawa liar amat sulit dijumpai atau dilihat dari menara pandang, bahkan pada malam hari sekalipun.
Meski demikian, Baluran tetap menjadi magnet yang sangat kuat. Orisinalitas, keterisolasian, keunikan, dan keelokan parasnya, memanggil para pencinta wisata alam untuk datang menelusuri jejak-jejak keindahannya… (Disadur dari Edisi IPAD, JENDELA INDONESIA, No. CVIII, Sabtu 4 Mei 2013)
noted: pesona tersembunyi baluran