Di balik keindahan pantainya, Kota Kendari memiliki potensi kerajinan perak yang telah berkembang sejak lama. Buku Sejarah Kota Kendari (2007) menyebutkan kerajinan ini mulai tumbuh di Kota Kendari sekitar 1920.
Djie A Woi, perajin perhiasan keturunan Tionghoa ditengarai sebagai perintisnya. Ia terinspirasi pada bentuk sarang laba-laba yang rumit sebagai motif perhiasan perak buatannya. Pada 1926, karyanya sempat dikirim oleh Pemerintah Hindia Belanda ke salah satu pameran di Amsterdam dan berhasil meraih penghargaan.
Sejak itu reputasi Kendari Werk, sebutan untuk kerajinan perak Kendari, mencuat di kancah internasional. Banyak Kendari Werk diekspor ke Eropa dan Australia, termasuk untuk memenuhi pesanan khusus Ratu Elizabeth II dari Inggris dan Ratu Wilhelmina dari Belanda.
Ketika Pemerintah Hindia Belanda tidak lagi berkuasa, tidak ada lagi pedagang-pedagang Belanda hilir mudik di Kota Kendari. Akibatnya pemasaran kerajinan perak di Kendari turut meredup.
Wisata alam
Di samping sejarah kerajinan perak yang sempat melegenda, Kendari masih memiliki banyak potensi wisata alam dan budaya. Wisata pantai yang pantas dilirik, seperti Pantai Nambo dan Pantai Karang Purirano, berjarak sekitar 12 kilometer dari pusat kota.
Selain itu ada pulau cantik di sisi timur bernama Bungkutoko. Pulau dengan luas sekitar 500 hektare ini berada tepat di sisi timur menghadang Teluk Kendari bertemu langsung perairan Laut Banda. Di pulau itu wisatawan bisa menjumpai kehidupan masyarakat asli setempat dengan adat istiadatnya.
Untuk wilayah konservasi, ada Taman Hutan Raya Murhum Pegunungan Nipa-Nipa yang berlokasi di perbukitan berbatasan dengan Kabupaten Konawe. Sebagai salah satu dari 16 kawasan konservasi di Sulawesi Tenggara, taman ini memiliki air terjun eksotik dan koleksi fauna unik seperti anoa, kuskus, musang, kesturi, elang laut, dan kupu-kupu.
Ada pula Hutan Nanga-Nanga, kawasan konservasi yang dekat dengan pusat kota sebagai tempat petualangan dan penelitian. Obyek wisata lainnya adalah Cagar Budaya Makam Raja Sao-Sao, Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, dan Museum Sulawesi Tenggara.
Teluk Kendari
Jangan ketinggalan keberadaan Teluk Kendari. Ketika senja, banyak warga menikmati pemandangan laut dan deretan kapal nelayan dari bibir tanggul, memancing, berolahraga, atau menyantap berbagai jajanan pedagang kaki lima. Makin malam, suasana di sisi utara teluk makin ramai dengan dibukanya banyak kafe.
Kuliner Kota Kendari pun menyajikan pilihan makanan yang patut dicoba. Es pisang ijo, pisang yang dibalut adonan menyerupai kulit berwarna hijau dicampur dengan es serut dan sirup. Pisang epek, pisang yang sedikit digepengkan dan dibakar lalu disiram cairan gula aren. Saraba, minuman hangat campuran jahe, gula aren, santan, dan telur ayam.
Ada juga sinonggi, makanan khas Kota Kendari yang terbuat dari sagu dan disantap dengan kuah sayur bayam, kangkung, kacang panjang, dan terong kecil. Kemudian sate pokea, sate yang berisi sejenis keong dengan bumbu kacang dan disantap dengan nasi ketan khas Kendari.
Sebelum pulang, jangan lupa beli oleh-oleh favorit Kota Kendari yaitu kacang mete. Mete di sini terkenal renyah dan gurih. (Ditulis ulang oleh Litbang Kompas/XNA, disadur dari Edisi Ipad, Jendela Indonesia, 23 Maret 2013)
Atraksi Wisata Kendari
- Pantai Nambo
- Pantai Karang Kurirano
- Pulau Bungkutoko
- Taman Hutan Raya Murhum Pegunungan Nipa-Nipa
- Hutan Nanga-Nanga
- Cagar Budaya Makam Raja Sao-Sao
- Museum Sulawesi Tenggara
Kuliner Khas Kendari:
- Pisang Epe
- Kacang Mete
- Sinonggi
- Sate Pokea
noted: pesona kota kendari