Kehadiran teknologi mobile membuat beberapa pengusaha teknologi berlomba untuk ikut serta. Salah satunya adalah bersaing membuat chip generasi terbaru agar lebih efisien, fleksibel, dan tentu saja cepat.

Perusahaan teknologi asal Inggris, ARM, berhasil menguasai 95 persen mobile chip dengan arsitekturnya yang canggih. Mengutip dari majalah CHIP, kehadiran system on chip (SoC) berbasis Cortex A53 dan A57 dengan set instruksi ARMv8 64 bit tahun ini juga akan merambah dunia server.

Menurut ARM, performa A53/A57, selain lebih efisien, juga akan meningkat hingga 30 persen dibandingkan core ARM terdahulu yang digunakan pada ponsel pintar yang cukup populer sekarang ini, yaitu Samsung Galaxy S4. Ternyata, hal ini membuat pemegang lisensi ARM yang lain tidak tinggal diam.

Apple dengan chip A7 di iPhone 5s sudah mengadopsi instruksi ARMv8. Chip penerusnya, A8, bukan hanya dibuat di Samsung karena Apple sudah mencari produsen chip alternatif. Kandidatnya adalah TSMC. Jika rumor ini benar, Samsung pasti akan mulai berpikir untuk melisensi arsitektur ARM agar bisa mendesain sendiri SoC miliknya, Exynos 6, agar lebih mumpuni.

Perang terbuka pun mulai diluncurkan oleh Intel di bidang SoC karena sudah meluncurkan Atom Bay-Trail di tablet Android dan Windows 8 di produk HP Omni 10. Bahkan, geliat prosesor milik Intel tidak berhenti di sini. Kabarnya, Intel siap meluncurkan prosesor yang lebih kecil lagi, yaitu chip super mini 14 nanometer.

Persaingan juga tidak terjadi di level produsen prosesor, tetapi juga di fitur lainnya seperti desain smartphone lengkung. Kabarnya, desain ini sudah ditunggu oleh penggemar mobile di Indonesia. Bentuk perangkat lengkung ini jelas akan membuat pengembangan lainnya seperti baterai dan layar menjadi melengkung juga.

Antisipasi perang selanjutnya adalah resolusi pada layar. LG dengan densitas tinggi di layar jelas akan menjadi fenomena tersendiri. Pengguna pasti berharap dengan tingkat kerapatan mencapai 538 ppi akan mampu menyamankan mata saat menggunakan ponsel baik untuk bermain game, menonton video, hingga mengambil foto. Namun, menurut pengamat, kerapatan piksel yang tinggi tidak akan terlalu pengaruh dalam penggunaan video dan foto kecuali untuk teks dan grafis. [*/VTO]

foto: pixabay