Pencari kerja dituntut melakukan promosi diri yang efektif untuk menciptakan kesan bermakna. Nyatanya, hal ini juga dibutuhkan dalam berbagai situasi, seperti mencari partner bisnis, sesi networking dalam suatu acara, dan menciptakan persona online di media sosial.
“Namun, untuk bisa berhasil, diperlukan beberapa teknik komunikasi dan pengenalan diri,” jelas Viola Oyong yang berpengalaman di bidang employer branding sejak tahun 2014.
Melalui webinar Kognisi dengan tema “Career Preparation: How to Pitch Yourself?” beberapa waktu lalu, Viola memaparkan berbagai hal perlu diperhatikan untuk mempromosikan diri secara efektif. Di antaranya cara menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar di wawancara kerja secara optimal.
Pengenalan diri mendalam melalui “self mapping”
Agar dapat mempromosikan diri dengan baik, kita perlu mengenal diri secara mendalam, khususnya dengan memahami tujuan hidup. Konsultan branding sekaligus beauty entrepreneur ini menyarankan untuk membuat pemetaan aspek diri berdasarkan konsep self-mapping.
Konsep ini berisi delapan indikator, yaitu kekuatan, kemampuan, dan ketertarikan dalam area tertentu. Selain itu, kepribadian, prioritas hidup, dan kelemahan diri perlu dikenali agar lebih berkembang. Dengan mengetahui prioritas, kita lebih memahami hal yang diinginkan dan dituju dan bisa menyesuaikan karier dengan prioritas kita.
“Gaya hidup juga menjadi faktor penting. Dengan mengetahui level gaya hidup yang dimiliki, kita bisa menyesuaikan karier agar cocok untuk mempertahankan gaya hidup kita. Nilai hidup yang selama ini kita junjung juga harus dipertahankan, karena aspek ini yang membuat kita otentik dan berbeda dengan orang lain,” beber Viola.
Namun, ia menambahkan, penting untuk memperhatikan kesesuaian antara nilai perusahaan yang dilamar dengan nilai hidup tersebut.
Narasi singkat untuk kesan pertama impresif
Dalam sesi wawancara pekerjaan, pertanyaan “ceritakan tentang dirimu!” termasuk sering muncul. Namun, sebagian besar calon pegawai maupun fresh graduate masih belum memanfaatkan kesempatan ini dengan jawaban yang efektif.
“Mereka menjawabnya dengan biodata yang tertera di CV. Hal ini tidak salah, tetapi sebaiknya, kesempatan ini digunakan untuk menjual kemampuan diri, siapa diri kita, dan apa yang membuat kita menjadi berharga,” imbuh Viola.
Agar dapat lebih mengoptimalkan kesempatan berharga tersebut, kita perlu mempelajari teknik menyusun narasi yang efektif sebagai jawaban, agar mampu mempromosikan diri secara menarik. Viola lantas membagikan empat kiat jitu untuk mendeskripsikan diri dalam wawancara kerja.
Pertama, berikan penjelasan dalam satu kalimat mengenai perjalanan karier yang pernah dialami dengan menyebutkan nama perusahaan, posisi, lama bekerja, dan tanggung jawab utama yang diemban. Jika kita baru lulus kuliah, ceritakan pengalaman menarik tentang organisasi, pembuatan tugas akhir, atau pengalaman kerja magang dan paruh waktu. Dalam tahap ini, jangan membahas hal-hal yang bersifat personal, seperti keluarga, karena pewawancara hanya ingin mengetahui pengalaman profesional kita.
Kedua, kita dapat merangkai cerita yang merangkum seluruh pencapaian. Dalam hal ini, pencapaian tidak harus sesuatu yang besar.
“Kita bisa coba memikirkan pengalaman kita sewaktu di organisasi atau di pekerjaan sebelumnya yang berdampak pada penghematan biaya, efisiensi, atau meningkatkan laba. Dengan begitu, pewawancara memahami tekad kita untuk selalu mencoba melebihi yang orang lain dapat lakukan,” ujar Viola.
Ketiga, membangun koneksi dengan pewawancara. Sebelum melamar, pastikan bahwa kita paham betul dengan kualifikasi dari posisi yang dilamar dan tunjukkan bahwa kita adalah orang yang sesuai untuk posisi yang mereka butuhkan.
Terakhir, perkuat alasan kecocokan tersebut dengan pengalaman kerja dan kontribusi seperti apa yang ingin kita berikan.
Bijaksana tunjukkan kelemahan
Selain permintaan untuk mendeskripsikan diri, pertanyaan mengenai kekurangan diri juga sudah tidak asing lagi. Pertanyaan ini kerap diajukan oleh pewawancara untuk mengetahui di balik kelebihan yang disebutkan pelamar, apakah ada kekurangan diri yang kurang sesuai dengan nilai dan sistem kerja di perusahaan.
Viola memaparkan dua aturan yang harus diingat agar pertanyaan ini tidak menjadi batu sandungan dalam meraih pekerjaan impian kita.
Pertama, sebutkan kelemahan yang bersifat kontekstual atau situasional. Jadi, kekurangan itu tidak selalu melekat dalam diri. Contohnya, sikap tidak sabar ketika berada dalam situasi tenggat yang ketat sehingga harus selalu mengontak anggota tim untuk melaporkan perkembangan tugasnya.
“Kemudian, jangan lupa untuk menjelaskan hal yang kita pelajari dari kelemahan itu dan solusi untuk memperbaikinya. Hindari menceritakan kekurangan yang bersifat karakter pribadi, karena ini adalah hal yang sulit diubah,” tambah Viola.
Kedua, sering juga pencari kerja menyebutkan kekuatan yang diselubungkan dengan kelemahan, seperti sikap perfeksionis atau terlalu bekerja keras sampai sering lupa waktu. Menurut Viola, jawaban ini sering disarankan dalam buku. Jika pencari kerja menjawab demikian, pewawancara akan meragukan kebenaran dari jawaban ini.
Sebelum menutup sesi, wanita yang sempat menjadi Corporate Communication Manager Kompas Gramedia ini, menyebutkan empat hal yang perlu diperhatikan agar promosi diri semakin sukses.
Pertama, kita harus memiliki kemampuan komunikasi lisan yang mempromosikan pencapaian, pengalaman, dan karakter positif saat wawancara. Kedua, ciptakan energi yang positif dan bersahabat, khususnya dalam menyampaikan jawaban agar pewawancara lebih leluasa untuk bertanya.
“Penting juga untuk memahami budaya perusahaan dan sistem kerjanya melalui media sosial atau laman perusahaan. Dengan begitu, kita bisa mengetahui kesesuaian pribadi kita dengan sistem perusahaan. Kita juga mampu menyesuaikan cara interaksi saat wawancara dengan budaya perusahaan,” imbuh Viola.
Terakhir, sangat penting bagi pelamar kerja untuk menunjukkan kesungguhan dalam berkontribusi dan antusiasme untuk mendapatkan posisi tersebut.
Kognisi adalah produk turunan Growth Center, yang merupakan platform berbasis edukasi persembahan Kompas Gramedia yang dibangun pada Mei 2019. Kognisi secara periodik mengadakan webinar yang terbuka untuk publik. Informasi lebih lanjut mengenai webinar Kognisi selanjutnya dapat ditemukan di akun Instagram @kognisikg dan situs learning.kompasgramedia.com (khusus karyawan Kompas Gramedia). Selamat belajar, Kogi Friends! Stay safe, healthy, and sane!
Penulis: Helen Adriana Wijaya, Editor: Vivekananda Gitandjali.