Liburan di tengah kota metropolitan nyaris identik dengan ingar-bingarnya suasana. Mulai dari hiruk-pikuknya lalu lintas, seliweran orang, hingga beragam aktivitas yang serba tergesa-gesa. Tak heran, banyak orang justru merasa jiwanya kesepian di tengah keramaian. Namun, suasana berbeda dapat Anda temukan saat berkunjung ke Brisbane.

Foto-foto: Iklan Kompas/Mahansa Sinulingga

Kota terbesar ketiga di Australia yang juga merupakan ibu kota negara bagian Queensland ini menawarkan suasana berbeda bagi mereka yang berkunjung. Suasana khas metropolitan dapat Anda rasakan saat berdiri di South Bank Parklands dan menatap gedung-gedung tinggi yang mencakar langit Brisbane. Apalagi pada waktu malam, tulisan nama kota “Brisbane” dengan latar belakang gedung-gedung berhiaskan lampu sangat menarik hati.

Anda juga dapat “cuci mata” dan berbelanja di kawasan Queen Street yang dipenuhi pertokoan. Namun, tak sampai 15 menit berjalan kaki dari pusat keramaian di jantung kota Brisbane ini, Anda dapat menemukan taman-taman City Botanic yang teduh dengan pemandangan Sungai Brisbane dan jembatan Story Bridge.

Berjalan-jalan menyusuri taman atau duduk-duduk di bangku di tepian sungai amat menenangkan hati. Atau, Anda juga dapat menggunakan segway, alat transportasi yang dapat digunakan untuk lalu-lalang tanpa lelah berjalan kaki.

Budaya

Hal lain yang menonjol di Brisbane adalah perhatian yang tinggi terhadap budaya. Di pusat kota terdapat dua tempat utama yang menyajikan atraksi budaya, yaitu Queensland Art Gallery and Gallery of Modern Art (Qagoma) dan Museum of Brisbane yang terdapat di City Hall.

Pada musim panas ini, pengunjung Brisbane dapat menyimak perhelatan Asia Pasific Triennal of Contemporary Art ke-9 (APT9) yang berlangsung di Qagoma. Dibuka pada 23 November lalu, pameran seni tiga tahunan se-Asia Pasifik ini akan berlangsung hingga 28 April 2019.

Saat pembukaan APT9, Menteri Seni Australia Leeane Enoch mengatakan, budaya memainkan peran penting dalam perekonomian Queensland. Sejak dimulai pada 1993, APT telah menarik lebih dari 3 juta pengunjung. Pada APT8 tiga tahun silam, terdapat lebih dari 600 ribu pengunjung yang menyumbangkan sekitar 21,83 dollar Australia bagi perekonomian setempat. Tidak heran, APT merupakan salah satu daya tarik pengunjung ke Brisbane.

APT9 menghadirkan lebih dari 400 karya seni dari lebih dari 80 seniman se-Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Kita boleh berbangga karena sejumlah seniman Tanah Air bisa tampil di ajang internasional ini. Termasuk salah satunya Zico Albaiquni, pelukis kelahiran Bandung yang salah satu karyanya bahkan menjadi gambar sampul buku panduan APT9.

Menurut kurator APT9 Tarun Nagesh, pihaknya telah akrab dengan karya-karya seniman Indonesia. Karya Zico terpilih karena keunikannya mengombinasikan warna serta berbagai referensi berbagai peristiwa yang kemudian dituangkan ke dalam lukisan. Salah satu lukisan Zico yang menarik perhatian berjudul “The Imbroglio Tropical Paradise” yang menampilkan suasana sosial-politik terkini Tanah Air.

Sementara itu, jika ingin menelusuri sejarah Brisbane, utamanya seputar seni, busana, dan kriya, silakan bertandang ke Museum of Brisbane. Sejak 23 November 2019 lalu juga secara khusus dipamerkan karya Pamela Easton dan Lydia Pearson, duo desainer busana ikonis Australia.

Di museum ini pula, pengunjung dapat melihat menara jam yang pada zamannya menjadi penanda waktu bagi warga Brisbane. Menariknya, Anda dapat mencapai menara ini menaiki lift asli buatan 1930-an yang masih terawat baik.

Jadi, siapa bilang jiwa akan terasa hampa jika berlibur di tengah kota? Anda dapat memperkaya jiwa saat berkunjung ke Brisbane. [ACA]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 15 Desember 2018.