Dalam perjalanan, Arya melihat bangunan-bangunan unik yang terbuat dari batu serta terdapat bermacam macam bunga yang diletakkan di tempat-tempat tertentu. Arya kebingungan dengan itu. Ia belum pernah melihat itu di Jakarta tempat tinggalnya.
“Bu, bangunan itu namanya apa?” tanya Arya penasaran.
“Yang mana, Nak?” ibu balik bertanya.
“Yang itu lho, Bu. Yang ada bunga bunganya.” jawab Arya.
“Kalau penasaran, nanti coba kamu tanya ke Om Made yang orang asli Bali.” sahut Ayah.
Arya pun mengangguk setuju. Beberapa jam kemudian, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah dengan gapura besar di depannya. Ternyata itu rumah Om Made. Ia bersama keluarganya menyambut Arya dengan hangat. Arya begitu kagum melihat rumah Om Made yang luas. Dan, ternyata di dalamnya juga terdapat bangunan seperti yang dilihat Arya di jalan tadi. Malam itu, mereka makan bersama dan beristirahat.
Keesokan paginya, Arya berjalan jalan di sekitar rumah Om Made. Di sana, Arya melihat anak lelaki Om Made yang seusia dengannya sedang menyapu dedaunan kering. Arya pun mendekatinya untuk berkenalan.
“ Eh, kita belum sempat kenalan, ya? Namaku Arya.” sapa Arya pada anak itu.
“Ah, iya. Saya Putu, salam kenal ya.” jawab anak itu sambil tersenyum.
“Mau aku bantu?” tanya Arya.
“ Wah, boleh, kebetulan saya kesulitan mau buang ini.” jawab Putu sambil menunjuk plastik berisi penuh daun kering. Arya dan Putu pun bersama sama menggotong plastik itu menuju keluar untuk dibuang. Setelah membuang sampah, mereka berdua duduk di teras rumah sambil mengobrol.
“Arya, terima kasih, ya, sudah bantu saya buang sampah.” kata Putu.
“ Iya sama-sama, Putu. Oh iya, selama perjalanan kemarin, aku melihat bangunan-bangunan dari batu dan ada bunga-bunga juga. Seperti yang ada di rumahmu. Kalau boleh tahu itu apa, ya?” tanya Arya.
“Bangunan yang kamu lihat itu, namanya pura. Kalau bunga-bunga yang diletakkan di tempat-tempat tertentu, itu namanya canang. Canang digunakan sebagai sarana ibadah dan persembahan umat Hindu,” jawab Om Made yang tiba-tiba keluar bersama Ayah dari dalam rumah.
“Jadi, tempat ibadah umat Hindu namanya pura, ya? ” tanya Arya.
“Iya, benar. Meskipun berbeda, kita harus tetap saling menghargai sesuai nilai-nilai Pancasila, terutama sila pertama dan ketiga. Karena keragaman budayalah yang membuat Indonesia indah dan kaya. Siap Arya, Putu? ” kata Ayah.
“Siappp dong!” jawab Arya dan Putu serentak.*
Penulis: Sabatini Dewanti
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita