Rabu (27/3/2019), Tim Klasika mencoba langsung naik MRT dari Stasiun Lebak Bulus menuju Stasiun Senayan. Selain merasakan sensasi naik MRT Jakarta, kami ingin tahu kesiapan fasilitas-fasilitas di stasiun. Berikut ini sekelumit cerita saat Tim Klasika merasakan pengalaman naik MRT Jakarta.

MRT Jakarta menjadi alternatif untuk orang-orang yang ingin beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum. Idealnya, setiap lokasi transportasi umum memiliki lahan parkir yang memadai agar pengguna bisa menitipkan kendaraan pribadinya. Namun, nyatanya tidak demikian.

Baca juga: Berkenalan dengan MRT Jakarta: Sejarah, Rute, dan Tarifnya

Sulit cari parkiran

Kendala pertama yang kami alami yaitu sulitnya mencari lahan parkir untuk sepeda motor. Padahal, dari informasi yang didapat, seharusnya ada tempat penitipan kendaraan bermotor di dekat Stasiun Lebak Bulus.

Saat itu, petugas hanya menjawab parkiran yang tersedia hanya khusus untuk karyawan. Akhirnya, petugas mengarahkan penumpang yang membawa kendaraan untuk parkir di Carrefour Lebak Bulus. Karena jalan hanya satu arah, penumpang harus memutar dulu untuk menuju lahan parkir di Carrefour Lebak Bulus.

Foto-foto: Iklan Kompas/Iwan Andryanto.

Alternatif lainnya, jika ingin menuju stasiun MRT Lebak Bulus dari arah Pondok Indah, lebih baik ambil jalur kanan agar mudah parkir di tempat lain, seperti di Indomaret atau Alfamart yang letaknya di seberang stasiun MRT Lebak Bulus.

Area stasiun

Tim Klasika masuk melalui jembatan penyeberangan yang berada di samping stasiun MRT Lebak Bulus. Tangganya cukup tinggi dan belum tersedia eskalator. Namun, ketika sampai atas, suasananya langsung berbeda. Ruangannya cukup luas dan ambience yang muncul seperti suasana stasiun-stasiun kereta di luar negeri.

Karena saat itu masih promosi, untuk bisa masuk ke dalam area stasiun, penumpang perlu menunjukkan bukti QR Code. Hal ini bisa dilakukan dengan mudah melalui aplikasi atau situs web Bukapalak.

Namun, mulai April 2019, MRT sudah resmi berbayar. Harga tiket yang dibayar masih promosi mendapatkan potongan 50 persen dari tarif yang seharusnya. Misalnya, perjalanan dari Stasiun Lebak Bulus ke Stasiun Bundaran Hotel Indonesia seharusnya Rp 14.000. Namun, selama April 2019 ini, harga yang dibayar hanya Rp 7 ribu. Skema serupa berlaku di stasiun-stasiun lainnya.

Setelah masuk ke area stasiun MRT, penumpang bisa menuju langsung peron yang dituju. Sudah tersedia beberapa mesin untuk membeli tiket MRT, tetapi belum beroperasi. Pintu atau gate-nya juga sudah ada. Skemanya mirip dengan gate di stasiun KRL. Nantinya, penumpang tinggal menempelkan kartu untuk keluar-masuk. Bedanya, MRT menyediakan akses gate yang lebar untuk penumpang dengan kursi roda, stroler, atau barang bawaan agak besar.

Jika lapar, sudah tersedia tenant yaitu Kafe Betawi Xpress. Urusan papan keterangan informasi juga cukup jelas. Ada beberapa titik yang menyediakan papan informasi rute stasiun. Agar tidak salah peron, Anda bisa memperhatikan papan penunjuk arah stasiun yang diinginkan. Letak peronnya ada di atas sehingga Anda perlu naik tangga atau menggunakan akses lift. Namun, lift ini diprioritaskan untuk penumpang penyandang disabilitas, lanjut usia, dan ibu yang membawa stroler bayi.

Baca juga: SIM D untuk Penyandang Disabilitas

Waktu tunggu

Mulai 1 April 2019, MRT Jakarta mengoperasikan 7 rangkaian kereta dan 1 cadangan dengan selang waktu keberangkatan antar-rangkaian kereta 10 menit. Sementara itu, waktu operasi dimulai pada 05.30 hingga 22.30 WIB. Namun, mulai 1 Mei 2019, MRT Jakarta akan menambah jadi 14 rangkaian kereta dengan waktu operasional mulai 05.00 hingga 24.00 WIB setiap hari. Pada waktu sibuk, yaitu pukul 07.00-09.00 WIB, selang waktu keberangkatan antar-rangkaian kereta adalah 5 menit, sedangkan di luar jam sibuk, menjadi tiap 10 menit.

Waktu tempuh dari Stasiun Lebak Bulus menuju Stasiun Senayan dengan menggunakan MRT adalah 17 menit 10 detik. Dari Stasiun Lebak Bulus, MRT melewati stasiun Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, ASEAN, dan berhenti di Senayan. Kereta melaju di jalur bawah tanah mulai dari Stasiun Lebak Bulus, baru naik ke atas sebelum masuk ke Stasiun ASEAN.

Karena mencoba pada siang hari, beberapa penumpang di kereta sontak berteriak, “Wuih!” ketika MRT bergerak dari bawah tanah menuju rel di permukaan. Perubahan suasana pemandangan dari gelap menjadi terang cukup memukau beberapa pengunjung.

Setibanya di Stasiun Senayan, Tim Klasika mencoba sensasi peron yang ada di bawah tanah. Penampakannya mirip dengan stasiun MRT di Singapura. Ada mesin tiket, jam dinding, hingga papan informasi penanda rute stasiun.

Menariknya, di papan penunjuk waktu di peron terdapat keterangan waktu keberangkatan dengan penanda akhiran angka 4 dan 7. Angka akhiran 4 menunjukkan kereta MRT yang menuju Lebak Bulus, sedangkan angka akhiran 7 untuk MRT yang menuju Bundaran HI. Siang itu, keterangan papan informasi menunjukkan pemberangkatan kereta berikutnya menuju Lebak Bulus yaitu 15:14 dan 15:24 (berakhiran 4). Sementara itu, untuk arah Bundaran HI ada pemberangkatan 15:17 dan 15:27 (berakhiran 7).

Kesan

Secara keseluruhan, pengalaman naik MRT dari Stasiun Lebak Bulus ke Stasiun Senayan cukup menyenangkan. Kenyamanan di dalam stasiun hingga di kereta menjadi nilai plus bagi kami. Namun, kurang tersedianya lahan parkir tentu menjadi kekurangan tersendiri. Semoga ke depannya akan disediakan lahan parkir sehingga proses peralihan penumpang dari kendaraan pribadi menuju transportasi publik bisa lebih nyaman.