Mereka menggunakan media sosial untuk mempromosikan dirinya secara tersirat dengan cara menonjolkan karakter dan potensi yang melekat dalam dirinya. Hal inilah yang dikenal dengan persona, gunanya sebagai “nilai jual” dalam bursa kerja.
Menurut Viola Oyong, persona yang kuat mampu membuat seseorang lebih mengenal dan mengingat diri kita. Dengan begitu, kita tidak hanya membuka kesempatan baru sesuai dengan citra diri, tetapi juga mampu memberi pengaruh kepada orang lain yang berinteraksi dengan kita melalui media daring maupun luring. Namun, bagaimana cara kita membangun citra diri yang kuat?
Hal itu disampaikan Viola dalam webinar Kognisi bertajuk “Personal Branding 101: How to Craft Your Online Persona” beberapa waktu lalu. Viola mengawali pemaparannya dengan menjelaskan tentang citra diri.
Pentingnya citra diri
“Persona merupakan cara kita untuk unggul di antara khalayak umum yang ada sehingga orang mengetahui siapa diri kita dan itu akan membawa suatu manfaat untuk diri kita sendiri,” tutur perempuan yang memulai kariernya sebagai jurnalis Kompas.
Menurut Viola, persona yang kuat memberikan sejumlah manfaat penting. Pertama, persona diri membantu seseorang menjadi spesialis daripada generalis. “Menjadi seorang spesialis sangat penting dalam pembentukan citra diri karena orang-orang akan mengingat kita ketika membutuhkan hal yang berkaitan dengan spesialisasi kita.”
Berikutnya, ketika kita telah menjadi ahli dalam satu bidang, orang akan mencari kita untuk memberikan solusi. Dengan menjadi pemberi solusi, kita bisa mendatangkan sumber pendapatan lain pada masa mendatang. “Kita juga dapat memperoleh kerja sama dengan lembaga atau perusahaan tertentu yang sesuai dengan bidang kita, atau sekarang sering disebut dengan endorsement,” ujar Viola.
Terakhir, dengan adanya profil diri yang kuat, seseorang bisa lebih terbuka untuk berbagai kesempatan kerja.
Formula pembentukan persona
Menurut perempuan yang telah berpengalaman lebih dari lima tahun di perusahaan multi-industri ini, terdapat empat komponen penting untuk membentuk citra diri, yaitu karakter, tujuan hidup, nilai yang selama ini dipegang, dan kompetensi diri.
“Seluruh elemen tersebut harus dikomunikasikan secara konsisten agar mampu menjadi top of mind,” beber Viola.
Top of mind merupakan kondisi ketika suatu keahlian tertempel dalam benak orang lain sebagai deskripsi tentang diri kita. Untuk membuat citra diri yang sesuai, Viola menyarankan melakukan analisis diri, mulai dari hal-hal yang mudah terlihat, seperti nama, profesi, ketertarikan kita dalam bidang tertentu, serta keunikan diri.
“Seluruh ketertarikan dan keunikan yang dijelaskan harus diperkuat dengan kredibilitas, seperti pengalaman kerja, membuka bisnis, testimoni klien atau pengakuan pihak eksternal,” jelas Viola.
Selain itu, analisis kekuatan, kemampuan yang dimiliki, serta prinsip hidup yang dipegang, dan aspek terakhir adalah tujuan hidup. Dengan analisis keseluruhan ini, seseorang mampu memahami diri lebih dalam dan membentuk citra diri yang sesuai dengan kemampuan dan prinsipnya.
Perkembangan teknologi mendukung pembentukan citra diri secara digital. “Jejak digital sangat penting dan tidak dapat dihindari. Dengan mengetik nama di pencarian, kita mampu menemukan berbagai informasi yang berhubungan dengan pemilik nama tersebut dan mereka bisa menginterpretasikan seluruh informasi yang ada untuk menggambarkan diri kita,” jelas Viola.
Membentuk online persona
Pembentukan persona daring yang semakin efektif dapat dimulai dengan membangun fondasi. “Tahap ini bisa dimulai dengan menyesuaikan alasan ingin mempromosikan diri dengan minat kita,” imbuhnya.
Secara teknis, bisa dimulai dengan fokus pada industri tertentu, karena semakin spesifik industrinya, semakin cepat kita bisa menjadi top of mind di mata target audiens. “Dengan mengetahui target audiens yang tepat, kita dapat membangun suatu identitas brand melalui caption, cara penyampaian, atau warna,” ungkap Viola.
Selain itu, nama juga merupakan aspek penting untuk mempermudah menemukan informasi yang berkaitan dengan citra diri kita saat ditelusuri dalam mesin pencarian. “Apabila nama terlalu panjang atau terlalu sulit dihafal, kita dapat membuat nama panggilan,” jelasnya.
Kemudian, dalam mengenali target audiens perlu dilakukan riset terhadap segmen yang ingin dicapai, juga melihat kompetitor, agar kita bisa menjadi lebih unik. Untuk mengenal audiens, dapat memanfaatkan kolom komentar di sosial media. Dengan memonitor komentar dan tingkat favorit, kita bisa mengetahui umpan balik audiens terhadap konten yang disajikan. Jika ternyata belum memperoleh respons, ada kemungkinan konten yang disajikan belum sesuai dengan keinginan audiens. Oleh karena itu, penting untuk memahami minat audiens.
Setelah itu, kita dapat menerapkan konsep “3 + 3”, yaitu tiga konten pilar dan tiga nilai yang ingin ditawarkan. “Kita disarankan untuk membuat tiga pilar, agar audiens tidak merasa jenuh dan konten kita tidak terkesan diulang-ulang,” ungkap Viola.
Dalam menentukan tiga nilai yang ingin ditawarkan, kita bisa menentukan cara penyampaian konten di media sosial yang sesuai dengan media penyampaiannya.
“Saat ini, Instagram menjadi media yang paling ideal karena berbagai fitur yang dimilikinya. Namun, disarankan untuk memiliki pengikut yang organik untuk meningkatkan kepercayaan audiens, baik dalam akun bisnis maupun akun personal. Jika memiliki akun bisnis, kita dapat menghubungkan dengan akun personal agar audiens lebih mudah mengenal,” papar Viola.
Selain itu, caption berperan penting dalam mengundang audiens agar lebih mengenal kita. Untuk meningkatkan jangkauan post, kita bisa menggunakan pencampuran sekitar empat hashtag yang beragam dalam konten kita.” jelas Viola. Setelah menerapkan seluruh cara tersebut, kita harus membagikan konten secara konsisten dan rutin, “tidak perlu setiap hari, tetapi kalau sudah menentukan tiga hari dalam seminggu, maka lakukan secara rutin terus-menerus”, saran Viola. Sebelum menutup sesi, Viola mengingatkan audiens untuk terus menjadi autentik dengan citra diri kita karena dari situ kesempatan akan muncul dengan sendirinya.
Kognisi adalah produk turunan Growth Center, yang merupakan platform berbasis edukasi persembahan Kompas Gramedia yang dibangun pada Mei 2019. Kognisi secara periodik juga mengadakan webinar yang terbuka untuk publik. Informasi lebih lanjut mengenai webinar Kognisi selanjutnya bisa langsung dikunjungi di akun Instagram @kognisikg dan situs learning.kompasgramedia.com (khusus karyawan Kompas Gramedia). Selamat belajar, Kogi Friends! Stay safe, healthy, and sane!
Penulis: Helen Adriana Wijaya, Editor: Sulyana Andikko.