Saat itu, Kula si kuda laut sedang bermain petak umpet bersama Udo si udang.
“Kula, kena! Sekarang, kamu yang jaga!” Udo berteriak kegirangan.
“Kita lanjutkan nanti, Do. Coba dengar baik-baik. Sepertinya, Paman Hiu kesakitan.”
Udo menajamkan pendengarannya. “Wah, iya. Ayo, kita ke sana.”
Kula dan Udo bergegas berenang ke balik karang. Tampak Paman Hiu berteriak seraya menggosokkan punggungnya ke batu karang.
“Paman kenapa?” tanya Kula.
“Sejak semalam, punggungku gatal sekali, tetapi aku tidak bisa menggaruknya,” jawab Paman Hiu.
Udo manggut-manggut. “Permisi, Paman. Kami boleh melihat punggung Paman?”
Paman Hiu mengangguk. Udo dan Kula segera berenang ke atas punggung Paman Hiu. Mereka menemukan penyebab gatal tersebut. “Ternyata, banyak bercak putih di punggung Paman,” lapor Kula.
“Sudah kuduga. Parasit-parasit menjengkelkan itu hinggap lagi di tubuhku.” Paman Hiu berdecak kesal.
“Apa yang harus kami lakukan untuk menghilangkannya, Paman?” kata Udo.
“Biasanya, Remora yang bisa membantuku. Namun, sudah dua hari ini, aku tak pernah melihatnya.”
“Kalau begitu, biar kami yang mencari Remora, Paman,” usul Kula seraya berpamitan.
Kula dan Udo bergegas menuju rumah ikan remora. Mereka bergantian memanggilnya, tetapi tak ada jawaban. Kula yang curiga, segera memasuki ceruk karang tempat ikan berdahi pipih tersebut tinggal. Ia kaget tatkala melihat Remora terbaring lemah. “Remora, kamu kenapa?”
“Sejak kemarin, aku tidak enak badan. Aku hendak menemui Paman Hiu, tetapi tubuhku lemas karena belum makan.”
“Kebetulan sekali, Paman Hiu membutuhkanmu menghilangkan parasit di tubuhnya. Udo, kamu temanin Remora dulu, ya. Aku mau memberi tahu Paman Hiu.”
Tak lama, Kula kembali bersama Paman Hiu. Tanpa buang waktu, Paman Hiu mendekati ceruk agar Remora tak kesulitan menaiki tubuhnya. Remora segera memakan parasit-parasit di punggung Paman Hiu. Tubuh Remora pun kembali bertenaga.
“Terima kasih, Remora.” Paman Hiu lega karena punggungnya tidak gatal lagi. “Sekarang, kamu ikut ke mana pun aku pergi. Kamu bisa memakan sisa-sisa makananku sekaligus melenyapkan parasit pengganggu di punggungku.”
Remora mengangguk, lalu menempelkan dahi pengisapnya pada perut Paman Hiu. Mereka berdua berterima kasih pada Kula dan Udo. Kula dan Udo sangat senang. Keduanya melanjutkan permainan petak umpet. Bahu membahu dan tolong-menolong membantu sesama membuat hidup mereka bahagia.*
Penulis: Elisa DS
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita