Pernahkah suatu kali Anda merasa seperti tidak enak badan atau terserang flu ketika bekerja di dalam ruangan, tetapi begitu berada di luar selama beberapa waktu, perasaan tidak enak badan itu hilang? Bisa jadi Anda mengalami sindrom penyakit ruangan atau sick building syndrome (SBS).
Sick building syndrome adalah kondisi penyakit yang disebabkan terlalu lama berada di ruangan yang tertutup, tidak memiliki sirkulasi udara yang cukup baik, atau mengandung pencemar. Di Amerika Serikat, Environmental Protection Agency memperkirakan satu dari empat bangunan diklasifikasikan sebagai “bangunan sakit” (sick building). Di tempat lain seperti di kota-kota besar di Indonesia, kemungkinan ini juga tinggi lantaran banyak gedung yang dibangun tanpa mempertimbangkan faktor kesehatan.
Gejala SBS bisa bermacam-macam dan beberapa menyerupai flu, seperti iritasi tenggorokan, hidung berlendir, bersin-bersin, batuk, mual, iritasi mata, sakit kepala, perasaan kelelahan, demam, kedinginan, sampai gatal-gatal pada kulit. Yang membedakan dengan penyakit biasa, gejala ini segera berkurang dalam beberapa menit sampai satu jam ketika Anda keluar dari ruangan. Meski pada beberapa kasus, dampak sindrom ini bertahan dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Ruangan tidak sehat
Kondisi bangunan atau ruangan yang tidak sehat memicu SBS. Ada banyak hal yang membuat ruangan bisa berdampak buruk pada kesehatan.
Pertama, sirkulasi udara yang tidak lancar. Bangunan perkantoran, terutama gedung-gedung tinggi, kerap hanya mengandalkan penyejuk udara dan exhaust untuk mengatur sirkulasi udaranya. Padahal, pergantian udara pun masih belum optimal dengan cara ini. Sebaiknya tetap ada ventilasi yang dibuat secara natural, lalu pengaturan sirkulasi bisa dibuat dengan sistem aliran angin atau secara otomatis dengan bantuan sistem heating, ventilation and air conditioning (HVAC).
Pencemar kimia juga berdampak besar bagi kesehatan ruangan. Sumber pencemar kimia misalnya bahan adhesive (perekat), produk furnitur dengan pemulas cat, mesin fotokopi, pembersih kimia, atau asap rokok. Dari luar ruangan, pencemar ini bisa berasal dari asap kendaraan bermotor. Selain pencemar kimia, pencemar biologi seperti jamur atau bakteri pada plafon atau karpet yang lembab bisa menimbulkan masalah kesehatan.
Terakhir, yang barangkali jarang kita perhitungkan adalah radiasi elektromagnetik. Saat ini keseharian kita sudah dikepung dengan gawai. Ponsel, komputer, laptop, wi-fi, dan sebagainya. Ini adalah pencemar tak kasatmata yang juga berdampak buruk bagi kesehatan. Semakin banyak alat elektronik yang digunakan dalam sebuah ruangan, semakin besar pula radiasi elektromagnetik yang ditimbulkan. Gejala dari efek radiasi ini biasanya berupa pusing yang mual-mual. Radiasi ini bahkan juga disinyalir salah satu pemicu berkembangnya sel kanker.
Untuk mencegah timbulnya SBS, kita mesti mengupayakan ruangan yang lebih sehat. Ini bisa dilakukan misalnya dengan membuka jendela secara berkala untuk pertukaran udara serta memvakum ruangan lebih sering untuk membersihkan debu. Gunakan produk pembersih yang ramah lingkungan dan aman dari bahan kimia yang berbahaya.
Jika memungkinkan, pakai alat pengatur kelembaban udara dan jaga kelembaban pada rentang 40–60 persen, di mana kontaminan biologis sulit bertahan hidup. Selain itu, manfaatkan waktu istirahat untuk keluar gedung. Hirup udara alami, lakukan peregangan, atau berjalan kakilah sebentar karena kita menghabiskan sebagian besar waktu kita untuk duduk di dalam ruangan.