“Ibu, siapa yang menuangkan susu stroberi bubuk sebanyak ini?” tanya Neila seraya terbangun dari tidur lelapnya.
Mendengarnya, Ibu tertawa kecil, “Kita ada di Pantai Pink, Cantik. Warna pasirnya memang merah muda,” jawab Ibu sambil menurunkan Neila dari gendongannya. Neila sendiri masih duduk di bangku taman kanak-kanak.
Neila mengangguk sambil memandangi hamparan pasir warna merah muda di depan matanya.
Sejak kemarin, Neila dan kedua orang tuanya sedang berlibur ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Barusan saja Neila memang tertidur di pangkuan ibunya dalam perjalanan menuju ke Pantai Pink, salah satu tempat wisata ikonis di Labuan Bajo. Neila sangat senang karena bangun tidurnya kali ini disambut pemandangan indah.
“Hei pantai, bagaimana caramu mengecat diri? Aku juga ingin mengecat rambutku dengan warna merah muda,” Neila sedikit membungkukkan tubuhnya. Ia berpikir itu akan membuat suaranya terdengar oleh pasir pantai.
“Pasir di pantai ini berwarna merah muda bukan karena cat, Neila,” Ayah menjelaskan. “Warna merah muda ini berasal dari makhluk hidup laut bernama koral. Koral-koral ini terbawa air dan hancur menjadi serpihan. Serpihan itulah yang kita lihat sebagai pasir pantai berwarna merah muda.”
“Oh begitu, Ayah. Hmm… apakah pantai ini dibenci teman-temannya karena pasirnya merah muda dan berbeda dari pantai-pantai yang lainnya?” Kali ini, Neila sedikit berbisik, ia tidak mau menyakiti hati pantai.
“Menurutmu, apakah pantai ini terlihat indah?” Ibu bertanya.
“Pantai ini sangat indah. Merah muda ‘kan warna kesukaanku, warna boneka beruang kesayanganku, dan warna pipi Ibu,” ujar Neila bersemangat.
“Tepat sekali. Tidak ada yang membenci pantai ini, hanya karena ia berbeda dari lainnya. Justru perbedaan itu sangat berharga, Cantik. Bukan hanya pantai ini, di Labuan Bajo juga ada berbagai tempat wisata lain yang unik. Bukit Amelia yang berwarna hijau saat musim hujan, dan berubah kecokelatan saat musim panas datang karena daunnya mengering. Lalu Desa Wae Rebo yang berada di atas awan. Masing-masing memiliki keistimewaan tersendiri.”
“Ternyata, perbedaan bukan sesuatu yang buruk, ya, Bu?” tanya Neila.
“Betul, cantik,” Ibu mengusap kepala Neila. “Kamu serupa dengan Pantai Pink, sama-sama berbeda dari yang lain dan mengagumkan. Kamu terlahir berbeda, begitu juga semua manusia lainnya. Perbedaan itu membuat Indonesia yang kita sayangi ini indah. Jika suatu hari nanti ada orang-orang yang menganggapmu aneh karena kamu berbeda, tidak perlu khawatir. Kamu hanya perlu mengingat Pantai Pink dan alasan ia spesial.”
Neila mengangguk, sambil kembali memandangi keindahan alam di hadapannya. *
Penulis: Livia Halim
Pendongeng: Kang Acep (yt: acep_yonny)
Ilustrasi: Regina Primalita