Di antara para pelari setengah maraton di Borobudur Marathon 2022, tampak beberapa orang yang berlari dengan balon emas setinggi kira-kira satu meter di atas kepalanya. Pada balon itu tertera teks catatan waktu, ada yang bertuliskan 2, 2.15, 2.30, dan 2.45. Mereka adalah pacer.

Pacer lazim ditemui dalam lomba lari. Mereka berlari bukan untuk berkompetisi dalam pertandingan, tetapi memandu para pelari mencapai finis sesuai target masing-masing dengan kecepatan yang terjaga stabil.

Bank Jateng Tilik Candi, ajang lari jarak setengah maraton atau 21,097 kilometer di Borobudur Marathon, memiliki cut off time atau batas waktu finis 3 jam 45 menit. Juara-juara setengah maraton biasanya menempuh jarak tersebut dalam waktu 1 jam 15 menit sampai 1 jam 45 menit.

Catatan waktu kisaran dua jam atau lebih sedikit sudah terbilang sangat baik bagi pelari umum. Pacer membantu mereka untuk mencapai target itu, biasanya jika seseorang mengejar personal best (PB) waktu tempuh mereka sendiri dalam jarak tersebut.

Oleh karena itu, pada Bank Jateng Tilik Candi ada beberapa pacer yang memandu para pelari untuk mencapai target waktu 2 jam, 2 jam 15 menit, 2 jam 30 menit, dan 2 jam 45 menit. Balon dengan teks bertuliskan angka tersebut menjadi penanda bagi pelari untuk berlari seritme dengan pacer yang sesuai dengan target waktunya.

Pacer biasanya adalah pelari yang cukup berpengalaman dan sudah beberapa kali mengikuti ajang lari. Ahmad Munsif (29) misalnya. Pada Bank Jateng Tilik Candi yang digelar di Borobudur dan sekitarnya pada 13 November lalu, ia menjadi pacer untuk target waktu 2.45.

“Ini adalah kali keempat saya menjadi pacer di Borobudur Marathon,” ujar pria yang pernah mengikuti beberapa ajang maraton, bahkan ultramaraton ini. Jarak terjauh yang ditempuhnya adalah ultramaraton 140 kilometer dari Purwokerto ke Dieng.

“Tanjakannya cuma satu, tapi enggak selesai-selesai!” ujarnya berkelakar tentang ultramaraton yang dilakoninya itu.

Biasa berlari jarak jauh memberi Munsif daya tahan, yang diperlukan untuk memandu orang lain pada pertandingan lari. Tantangan menjadi pacer memang diakuinya, harus menahan diri atau kecepatan.

“Untuk mencapai finis dalam 2 jam 45 menit, pace atau laju harus dijaga stabil pada 7,48. Artinya 7,48 menit untuk menempuh 1 kilometer,” terang Munsif.

Debi Ayu (34), salah seorang pacer di sub 2.30 mengamini, pacer memang harus menahan diri. Ia berlari di laju 7 untuk mencapai finis pada durasi 2 jam 30 menit.

“Waktu awal-awal banyak pelari yang bareng, tetapi pada mulai ketinggalan ketika tanjakan,” cerita Debi.

Bagi Debi, ini kali pertamanya menjadi pacer. Ia mulai menggemari olahraga lari pada 2020 dan setelahnya sudah mengikuti beberapa ajang lari.

“Borobudur Marathon seru banget. Penyelenggaraannya rapi, persiapannya matang. Kami juga dimanjakan dengan produk-produk lokal yang ada di sini dan cheering yang luar biasa. Jadi selain lari ada pengalaman budayanya,” kata Debi.