Aksi menambal jalan rusak itu dilakukan oleh Gufran (62) yang berprofesi sebagai tukang becak. Tujuan Gufran, salah satunya untuk melindungi putrinya yang setiap hari melewati rute tersebut agar tidak celaka. Tindakan ini menjadi salah satu momentum yang menunjukkan potret kasih sayang orangtua kepada anaknya.
Selain kisah Pak Gufran, awal Februari lalu juga sempat beredar video seorang ibu di Tulungagung yang berusaha melindungi anaknya yang dikeroyok oleh oknum perguruan silat. Kedua kisah mulia itu hanyalah satu dari sekian bukti perjuangan orangtua dalam melindungi anaknya. Berbagai hal dilakukan orangtua demi kepentingan sang anak agar dapat aman dalam menjalani hari.
Jika merujuk pada 8 Fungsi Keluarga menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencanan Nasional (BKKBN), salah satu fungsi keluarga adalah saling melindungi. Perannya dalam menerapkan fungsi ini kepada anak bisa diibaratkan seperti malaikat tak bersayap yang muncul dalam hidup kita.
Banyak yang bilang menjadi orangtua adalah tugas seumur hidup. Interaksi orangtua dengan anak tercirikan dalam jalinan pengasuhan. Kualitas pengasuhan dapat ditentukan oleh banyak faktor, seperti struktur keluarga yang stabil, hubungan antar-anggota keluarga, kualitas hubungan orangtua dan anak, kedekatan dan keterbukaan komunikasi, kondisi sosial dan ekonomi, serta lingkungan tempat tinggal yang aman dan nyaman.
Terlepas dari berbagai faktor yang mencirikan kualitas pengasuhan dan atribut yang melekat dalam dirinya, orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. Hal ini seakan menjadi standar bagi setiap orangtua untuk mampu memastikan bahwa anaknya berada dalam kondisi yang aman, terhindar dari bahaya, dan terlindungi.
Dalam pengasuhan yang dilakukannya, orangtua melakukan pendekatan dan adaptasi yang dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu:
- Perceptiveness: tanggap akan perubahan yang terjadi.
- Responsiveness: kemampuan merespons perubahan yang terjadi pada anak.
- Flexibility: mampu merespons anak dengan berbagai cara tergantung kebutuhannya pada berbagai situasi.
Jika ditelaah lebih lanjut, ketiga bentuk adaptasi tadi dapat ditemukan pada dua kisah mulia yang telah disebutkan di atas. Bagaimana seorang ayah yang tanggap (perceptiveness) dan merespons kebutuhan dalam melindungi anaknya (flexibility) dari jalan yang rusak, serta seorang ibu yang secara responsif melindungi anaknya dari ancaman bahaya fisik (responsiveness).
Bentuk nyata tersebut seharusnya menyadarkan kita untuk semakin menghargai peran “malaikat tak bersayap” dalam hidup kita yang senantiasa memberikan kasih sayang dan perlindungan terbaiknya. Jadi, sudahkah kamu menyapa dan berterima kasih pada orangtuamu hari ini?
Baca juga: Orangtua, Ini 5 Permainan Edukasi tentang Keuangan untuk Anak