Dunia tengah berpacu dengan waktu untuk segera menemukan vaksin dan obat Covid-19. Beberapa waktu lalu, sejumlah negara, termasuk Indonesia, mengumumkan penggunaan avigan dan klorokuin sebagai obat sementara untuk memerangi wabah Covid-19.

Namun, selain kedua obat tersebut, terdapat beberapa jenis obat lainnya yang sedang diteliti secara mendalam. Para ahli kesehatan tengah mencari pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi wabah korona, sekaligus aman dikonsumsi manusia. Berikut ini beberapa jenis calon obat Covid-19 yang sedang diteliti, disarikan dari berbagai sumber.

1. Remdesivir

Remdesivir mungkin menjadi yang sering terdengar saat ini. Obat ini adalah antivirus yang bekerja dengan menghentikan transkripsi RNA virus sejak dini sehingga virus tidak bisa menggandakan dirinya. Remdesivir dinilai telah menunjukkan hasil yang menjanjikan untuk mengobati Covid-19 secara in-vitro (dalam tabung reaksi atau laboratorium). Amerika Serikat (AS) saat ini sedang menguji klinis remdesivir pada pasien Covid-19 di sana.

2. Leronlimab

Para dokter di New York, AS, juga sedang menguji obat percobaan yang disebut leronlimab. Obat ini biasanya diberikan kepada pasien HIV. Di AS, obat ini telah diberikan kepada 19 pasien kritis Covid-19 dan diklaim menunjukkan hasil positif. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) bahkan telah memberikan status Emergency Investigational New Drug (EIND) pada leronlimab. Ini artinya dapat diresepkan untuk pasien Covid-19 yang kondisinya darurat.

3. Methylprednisolone

Otoritas kesehatan China saat ini juga sedang meneliti methylprednisolone. Ini adalah obat dari golongan glukokortikoid. China tengah mempelajari efektivitas obat ini terhadap pasien Covid-19 yang mengalami pneumonia.

4. Fingolimod

Pemerintah China juga melakukan studi klinis untuk fingolimod. Ini merupakan obat modulator imun pada pasien skelerosis. Obat ini diuji coba pada pasien Covid-19 di rumah sakit di Fuzhou. Para penelitinya menyebutkan, pemberian modulator imun yang tepat di waktu tepat ditambah ventilator perlu dipertimbangkan untuk mencegah terjadinya sindrom gangguan pernapasan akut pada paru-paru pasien yang dipenuhi cairan.

5. Lopinavir dan ritonavir

Pemerintah Thailand mengumumkan sedang menganalisis perpaduan obat HIV, lopinavir dan ritonavir, untuk menghambat virus korona. Perpaduan ini pun masih dikombinasi dengan obat flu oseltamivir (Tamiflu). Campuran ini disebut bisa mengobati pasien lansia yang mengalami komplikasi pneumonia. Namun, sebuah studi di New England Journal of Medicine menyebutkan, kombinasi lopinavir dan ritonavir tidak menunjukkan hasil yang lebih baik daripada perawatan standar rumah sakit untuk pasien dewasa Covid-19 yang parah.

6. Hydroxychloroquine dan azithromycin

Pakar dari Perancis tak ketinggalan menguji coba gabungan antara hydroxychloroquine dengan antibiotik azitromisin. Uji coba ini dilakukan pada 20 pasien Covid-19 yang membuahkan hasil, yakni semua pasien yang mengonsumsi kombinasi obat tadi dinyatakan sembuh secara virologis (tak terdeteksi lagi adanya virus korona). Meskipun tingkat efektivitasnya dinilai tinggi, penelitian ini hanya melibatkan sampel yang sangat sedikit sehingga WHO menyatakan bahwa studi ini akurasinya masih rendah.