Badai mengamuk sore tadi. Ombak besar menyeret Oci hingga ia terpisah dari induk dan keluarga besarnya. Untunglah sekarang laut kembali tenang.
Tampak cahaya berkelap-kelip di kejauhan. Oci merasa gembira. Ia berenang menuju kelap-kelip cahaya dan berharap bertemu keluarganya.
“Berhenti, Paus Kecil!”
Oci memandang ke sekelilingnya. “Siapa itu?” ia bertanya.
Air berkecipak. Seekor ikan pari muncul di hadapan Oci. Ikan pari itu memperkenalkan dirinya, “Panggil aku Bibi Riri!”
“Namaku Oci,” si paus kecil membalas.
Oci bertanya mengapa Bibi Riri memintanya berhenti.
Bibi Riri lantas menjelaskan bahwa Oci berenang menuju “menara cahaya”. Menara itu berdiri di dekat daratan. Banyak karang di sekitarnya. Perairannya pun telah dangkal. Oci akan terdampar apabila pergi ke sana.
Oci teringat pada kata-kata Mama. Ketika seekor paus terdampar, sulit baginya untuk kembali ke lautan. Oleh karena itu, Mama selalu melarang Oci berenang mendekati daratan. Tubuh paus yang besar mengharuskannya berenang di lautan yang dalam.
Angin bertiup lembut. Oci merasa mengantuk kemudian jatuh tertidur.
Esok paginya, Bibi Riri membangunkan Oci dan memintanya bernyanyi.
“Bernyanyi?” tanya Oci.
Bibi Riri kemudian bercerita. Ia berjumpa dengan keluarga paus kemarin petang. Mereka sedang mencari seekor paus kecil yang hilang terseret badai. Mama Paus berpesan kepada Bibi Riri apabila ia bertemu dengannya, suruhlah si paus kecil bernyanyi.
Oci tertidur sebelum Bibi Riri sempat menyampaikan pesan. Oci tampak lelah sehingga ia tak tega membangunkannya.
“Sekarang, bernyanyilah, Oci,” pinta Bibi Riri.
Oci menurut. Ia menyanyikan lagu kesukaannya, lagu tentang matahari pagi. Saat ia sedang bernyanyi, terdengar suara dari kejauhan memanggil-manggil namanya.
“Mama!” seru Oci dengan gembira.
Di tengah lautan luas, nyanyian Oci menjadi petunjuk arah di mana si paus kecil berada. Seluruh keluarga paus akhirnya berkumpul kembali. Mereka berterima kasih kepada Bibi Riri yang baik hati.
“Bagaimana cara kami membalas budimu?” tanya Mama Paus.
“Tak perlu memikirkan itu. Sudah sepantasnya kita tolong-menolong, bukan?” jawab Bibi Riri.
Setelah berpamitan kepada Bibi Riri, Oci dan keluarga paus berenang mengarungi lautan.***
Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Siti Nurlaela
Ilustrasi: Regina Primalita
Penutur: Paman Gery (@paman_gery)