Sistem kasta adalah struktur sosial yang membagi masyarakat ke dalam kelompok-kelompok hierarkis yang biasanya bersifat turun-temurun. Sebenarnya, hampir di setiap negara sistem ini masih hidup, tetapi sudah tereduksi sehingga tidak terlalu kentara. Walaupun demikian, masih ada yang terlihat secara jelas dalam kehidupan bermasyarakatnya.
Akar dan Realitas Modern di India
Jika bicara soal sistem kasta pasti yang diingat adalah India. Seperti diketahui, sistem kasta di India memiliki akar yang sangat tua. Sistem ini berasal dari ajaran Hindu kuno yang membagi masyarakat menjadi empat, yaitu Brahmana (pendeta dan sarjana), Kshatriya (prajurit dan penguasa), Vaishya (pedagang dan petani), dan Shudra (pekerja dan pelayan). Di luar empat kasta ini sebenarnya ada kelompok yang disebut Dalit atau “tak tersentuh,” yang sering mengalami diskriminasi yang parah. Kasta yang terakhir ini jarang diketahui, tetapi jumlahnya cukup besar.
Pembagian kasta di India sangat kompleks dan bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Namun, pembagian utama tetap berdasarkan empat kategori tersebut dan kelompok Dalit. Sistem ini mengatur banyak aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, pendidikan, dan pernikahan.
Efek dari sistem kasta ini masih sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari di India. Meskipun konstitusi India melarang diskriminasi berdasarkan kasta, praktik diskriminasi masih umum terjadi. Misalnya, dalam hal pendidikan dan pekerjaan, orang dari kasta yang lebih rendah sering menghadapi kesulitan yang lebih besar untuk mendapatkan kesempatan yang sama.
Pemerintah India sendiri telah mengambil berbagai langkah untuk menghapus diskriminasi kasta, termasuk melalui kebijakan pemesanan (reservasi) di lembaga pendidikan dan pekerjaan pemerintah untuk kelompok-kelompok terpinggirkan. Meskipun ada kemajuan, tantangan tetap ada dalam mengubah sikap dan praktik yang sudah berakar kuat di masyarakat.
Antara Tradisi dan Modernisasi di Nepal
Sistem kasta di Nepal dipengaruhi oleh India, tetapi berkembang dengan karakteristik lokal. Sejarahnya juga mencerminkan pengaruh agama Hindu yang dominan di negara tersebut.
Kasta utama di Nepal mirip dengan yang ada di India, dengan Brahmana dan Chhetri sebagai kasta atas, dan Dalit sebagai kelompok terpinggirkan. Kasta ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan status sosial.
Nepal telah membuat kemajuan signifikan dalam mengurangi diskriminasi kasta melalui reformasi sosial dan politik. Misalnya, konstitusi Nepal 2015 melarang segala bentuk diskriminasi berdasarkan kasta. Namun, praktik diskriminasi masih ada, terutama di pedesaan.
Walaupun demikian, beberapa komunitas di Nepal telah melihat perubahan positif dengan lebih banyak anak dari kelompok Dalit yang mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik. Namun, perjuangan untuk kesetaraan penuh masih berlangsung hingga saat ini.
Baca juga :Â Keindahan Bangunan ala Eropa di India
Warisan dan Tantangan di Sri Lanka
Berbeda dengan India, sistem kasta di Sri Lanka dipengaruhi juga oleh sejarah agama dan kolonial. Jadi, sistem kasta di Sri Lanka dipengaruhi oleh Hindu dan Budha, serta kolonialisme Portugis, Belanda, dan Inggris, berkontribusi pada perkembangan sistem kasta di negara ini.
Di Sri Lanka, kasta juga ikut memengaruhi hubungan sosial dan ekonomi, terutama di antara masyarakat Tamil dan Sinhala. Sistem kasta Sri Lanka mengatur banyak aspek kehidupan sehari-hari, termasuk pekerjaan dan pernikahan.
Pemerintah Sri Lanka telah mengadopsi berbagai kebijakan anti-diskriminasi, tetapi tantangan dalam menghapus praktik kasta masih ada. Beberapa komunitas masih sangat terpengaruh oleh sistem kasta, terutama di daerah pedesaan.
Sistem Kasta Songbun di Korea Utara
Korea Utara ternyata juga memiliki sistem hierarki sosial yang disebut Songbun. Sistem kasta ini mengklasifikasikan warga negara berdasarkan loyalitas dan hubungan mereka dengan rezim. Sistem ini berkembang pada masa awal pemerintahan Kim Il-sung dan terus berlanjut hingga hari ini.
Songbun membagi masyarakat menjadi tiga kelompok utama: inti (loyal), wavering (ragu-ragu), dan hostile (musuh). Klasifikasi ini didasarkan pada sejarah keluarga dan loyalitas politik. Songbun mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan di Korea Utara, termasuk akses ke pendidikan, pekerjaan, dan layanan kesehatan. Orang dengan Songbun rendah sering kali menghadapi diskriminasi dan kesulitan dalam mendapatkan peluang yang sama.
Songbun digunakan oleh pemerintah Korea Utara untuk mengontrol populasi dan mempertahankan kekuasaan. Ini menciptakan masyarakat yang sangat terstratifikasi dan sulit untuk diubah. Perubahan dalam sistem Songbun sangat sulit terjadi karena kontrol ketat pemerintah dan kurangnya pengaruh eksternal. Namun, ada harapan bahwa tekanan internasional dan perubahan internal suatu saat bisa membawa perubahan positif.
Walaupun demikian, pemerintah Korea Utara membantah bahwa ada sistem kasta ini. Mereka mengatakan bahwa semua warganegaranya memiliki kesetaraan.
Selain negara-negara yang dibahas di atas, beberapa negara lain juga memiliki sistem sosial serupa yang berbasis pada hierarki dan diskriminasi. Misalnya, Pakistan dan Bangladesh memiliki bentuk diskriminasi berdasarkan status sosial dan agama.
Berkat globalisasi memainkan peran penting dalam mempengaruhi perubahan sosial di negara-negara dengan sistem kasta. Diaspora dan komunitas internasional sering kali mendorong perubahan positif melalui pendidikan dan advokasi. Harapannya, dengan peningkatan kesadaran global dan upaya bersama dari pemerintah dan masyarakat, diskriminasi kasta dapat dihapuskan. Langkah-langkah yang dapat diambil termasuk pendidikan, kebijakan anti-diskriminasi yang efektif, dan tekanan internasional untuk perubahan sosial.